Rumah Kaca

Amiralie
Chapter #17

Ep. 12 - Rika

Semenjak hari itu aku sudah menjadi pembantunya. Aku mulai melakukan semua pekerjaan rumah. Semenjak kedatangan Madam Marie, pekerjaanku semakin bertambah berat. Aku tidak bisa menyewakan pembantu sembarangan untuk merawat Erina. Aku juga tidak bisa menculik Madam Marie dan mengusirnya ke Panti Jompo. Malamnya aku harus siaga untuk menjaga Erina. Siangnya aku harus membersihkan rumah. 

Madam Marie adalah orang yang selalu memberantakan seisi rumah. Aku mengenalnya sebagai seorang pecinta budaya minum teh para bangsawan kelas atas. Setiap hari, Madam Marie selalu keluar ke kota sebelah untuk membeli tas, baju, sepatu dan topi. Jumlahnya sangat banyak sehingga aku harus mengeluarkan seluruh isi gudang kedua di rumah dan menggantinya menjadi lemari pribadi milik Madam Marie. 

Aku sendiri juga ingin segera bebas darinya dan mengerjakan pekerjaanku setelah cuti panjang. Tetapi aku tidak berani menanyakannya lagi kepada Madam Marie tentang berapa lama dia akan tinggal di rumah kami. Setiap hari, Madam Marie selalu makan dengan peralatan makan yang dibawa dari mansion. Masalahnya, beliau adalah wanita kalangan atas sehingga dia lebih terbiasa menggunakan banyak sendok dan garpu untuk makan tiga kali sehari. 

Terlebih lagi, semua pakaiannya dijahit menggunakan kain yang harus dicuci di tempat laundry khusus barang mahal. Pernah sekali aku merusak scarf hermes miliknya. Masalahnya. Madam Marie adalah orang yang marah sambil tersenyum. Jadi ketika dia tersenyum, itulah ketika malapetaka dimulai. Orang yang marah sambil tersenyum adalah orang yang sangat menakutkan. Sehingga aku, sebisa mungkin segera menghindarinya. 

Entah mengapa jika aku menceritakannya sekarang terlihat jika aku sedang curhat tentang permasalahanku dengan Madam Marie. 

Tetapi jika Malvin kembali, semua keadaan menjadi normal. Begitu mendengarkan semua keluhanku tentang Madam Marie, Malvin memanggilkan seorang pembantu untuk membantuku. Pekerjaanku mulai diringankan dengan adanya pembantu tetapi aku merasa Madam Marie diam-diam melihatku dengan berusaha mencari kesalahanku. Salah satunya adalah ketika aku menghilangkan jaket versachi miliknya. 

Pernah beberapa kali, ketika Malvin sedang kelelahan dia biasa akan minta kelonan. Tepat sebelum kami mematikan lampu, Madam Marie selalu datang ke kamar kami tanpa mengetuk pintu. Sudah malam ketiga dia mendengar suara aneh dari kamarnya. Belum cukup mengganggu ketenangan kami, beliau malah merengek untuk tidur di kamar tidur utama!

Pada akhirnya aku mengalah dan memutuskan untuk tidur di kamar Erina. Sementara suamiku tidur bersama ibunya di kamar tidur utama. Padahal Malvin tinggal di rumah ini hanya dalam waktu dua minggu itu terlalu singkat untuk waktu bermain Erina dan waktu untuk keintiman kami. Dengan adanya Madam Marie, entah mengapa semuanya menjadi berantakan. 

Ketika Malvin datang di rumah. Aku mengatakan padanya jika aku tak ingin mengurus Madam Marie. Malvin setuju dan dia memberikan tanggung jawabnya untuk mengurus Madam Marie. Mulai menemaninya ke kota untuk belanja, dan makan bersama. Bahkan mereka terlihat seperti pasangan yang sedang berkencan. Aku tahu mereka tak berhubungan darah, tetapi di posisiku, aku adalah istrinya yang sudah lama tak melihat keberadaanya. Aku dan Erina sangat merindukannya, tetapi Madam Marie merampas semuanya dari kami. 

Suatu malam. Aku mulai membicarakannya dengan Malvin setelah mengecek jika Madam Marie telah tertidur. Saat itu aku benar-benar lelah karena harus membersihkan seisi rumah semengkilap mungkin hanya karena beliau adalah orang tua yang rapuh dan butuh perhatian akan kebersihan. Tetapi walaupun aku telah membersih kan semua perabotan rumah dengan sangat bersih sekalipun, Madam Marie tetap akan mencari-cari kesalahanku apapun itu. Aku paling kesal ketika Madam sudah berani mempertanyakan peranku sebagai seorang ibu ketika aku sedang kelelahan bekerja sebagai komikus. Itu adalah puncak kesabaranku. 

“Dia harus pergi.” saat itu aku sudah sangat lama bersabar dengan ibu tirinya. “Kalau dia gak pergi, aku yang pergi.” 

“Jangan begitu lah….Madam Marie masih dalam suasana berkabung. Aku sedikit kasihan padanya.” jawab Malvin. 

“Semenjak Madam Marie ada di rumah ini. Aku semakin tidak memiliki waktu untuk pekerjaanku. Apakah kamu tau betapa beratnya ketika aku harus membersihkan rumah karena dia terkena asma?!” 

“Asma? Memangnya Madam Marie punya asma?”

“Loh, kamu kok tak tahu?” 

“Tidak. Setahuku, kemarin ketika Madam Marie periksa ke dokter, dia hanya terkena gangguan penyakit liver karena di masa mudanya, dia terlalu banyak minum alkohol.” 

“Berarti dia berbohong kepadaku?!” 

“Tidak mungkin dia berbohong padamu. Mungkin kamu kelelahan jadi salah dengar.” 

Pada malam itu aku baru mengetahui jika Madam Marie berbohong di hari pertama beliau datang ke rumah. Semenjak malam itu, emosiku semakin tak terkendali karena Madam Marie yang terlalu banyak mengusik hidupku. Karena kelelahan, terkadang aku secara tak sadar ketiduran di meja kerja, di sofa, atau bahkan di karpet. Anehnya, ketika aku sedang tidur, biasanya Malvin meninggalkan catatan yang mengatakan jika dia sedang pergi bersama Erina dan Madam Marie ke kota untuk berbelanja atau makan bersama. 

Malvin tak membangunkanku. Padahal aku sudah sangat lama tak keluar rumah karena harus menjaga Erina dan melakukan segala pekerjaan rumah karena Madam Marie. Semenjak hari itu, gangguan tidurku semakin parah. Semua pekerjaanku terbengkalai. Ketika aku terbangun, seperti biasa tidak ada orang di rumah. Bahkan, Malvin tak meninggalkan catatan. 

Rasa kecurigaanku semakin besar semenjak aku melihat bekas tumbukan obat yang berada di tempat pencucian piring. Kemudian, aku berusaha mencari dari mana letak obat di antara laci-laci dapur. Kecurigaanku semakin besar sehingga membuatku menerobos masuk ke kamar Madam Marie. 

Ketika aku membuka lemarinya, aku menemukan beberapa bungkus pil obat tidur yang disembunyikan di balik lipatan pakaian. Ketika aku mendengar suara pintu garasi terbuka, aku mengambil satu bungkus pil obat dari lipatan pakaian kemudian mengembalikkan lipatan pakaian serapi mungkin supaya tidak meninggalkan jejak penggeledahan. 

Untuk memeriksa dosis obat tersebut, aku meminumnya pada malam hari. Ternyata benar. Obat itu membuatku tertidur lelap selama setengah hari. Waktu yang sempurna bagi Madam Marie untuk mengajak Malvin dan Erina keluar rumah meninggalkanku seorang diri. Entah apa yang dilakukan Madam Marie, tetapi ini sudah sangat keterlaluan. Sorenya, mereka semua telah pulang. 

“Madam, saya ingin berbicara pada anda.” 

“Maaf, aku hari ini lelah kita bicarakan nanti saja ya…”

Aku mengeluarkan bungkus obat tidur yang kutemukan di lemarinya. “Madam, saya menemukan obat ini di lemari anda. Apa anda diam-diam mencampurkan obat ini ke minuman saya?” 

Madam Marie anehnya tetap tersenyum. “Ah obat itu. Iya aku mencampurkannya. Karena aku sangat khawatir padamu. Kamu bekerja begitu keras sehingga kamu lupa istirahat. Seharusnya aku bilang ke kamu semenjak awal.” 

“Madam, ini sudah keterlaluan! Apakah anda tahu jika saya ketinggalan waktu pengumpulan draft komik saya?!” 

Malvin kemudian menepuk bahuku dengan lembut. “Sudahlah Rika, yang penting kan Madam sudah mengatakannya dengan jujur. Sebenarnya aku juga khawatir denganmu. Kamu terlalu lelah, sepertinya kamu butuh istirahat.” 

“Malvin… obat ini sudah dicampurkan ke minumanku selama dua bulan lebih. Menurutmu itu sengaja atau tidak sengaja?!” 

“Sudahlah… ayo ke kamar kita istirahat saja.” 

Semenjak saat itu, aku menerima banyak gangguan dari Madam Marie. Entah mengapa Madam Marie begitu ahli dalam menusuk orang yang dibencinya dari belakang. Beliau akan melakukan apa saja untuk segera menyingkirkanku. Peristiwa obat tidur itu membuatku semakin takut dan membuatku semakin agresif dalam melindungi Erina. Di depanku, Madam Marie berusaha menyingkirkanku, tetapi di depan Malvin, dia berusaha bertingkah seperti selayaknya ibu yang baik kepada anaknya. Entah berapa lama dia akan tinggal disini. Aku ingin dia cepat-cepat kembali ke tempat asalnya. 

“Kayaknya Madam berusaha meracuniku.” 

“Apa maksudmu, Rika?” 

Lihat selengkapnya