Rumah Panggung Wak Isah

Syifa Aimbine
Chapter #3

3. Khatam

Sehabis sahur dan subuh Farida tidak melanjutkan tidurnya. Dengan masih menggunakan mukena bermotif bunga sakura, ia khusuk membaca Al-qur'an. Lantunan ayat suci terdengar damai ke seluruh penjuru rumah. Farida memang sudah fasih membaca sejak awal sekolah dasar. Terkadang ia juga membantu mengajar anak-anak mengaji di surau. Wak Isah mengintip anak gadisnya itu dari balik pintu. 

"Naseb baek kau tak macam aku," gumam Wak Isah lalu meninggalkan kamar putrinya. 

"Farida masih mengaji?" Bang Zul sedang bersiap-siap berangkat mengajar. Ia mengambil sepasang kaus kaki hitam dari tangan Wak Isah, dan memakainya. 

"Tadi saye tengok, sempat tetido sekejap. Sekarang dah lanjut lagi," jelas Wak Isah. Ia masih asik memainkan kalung baru yang kini sudah melingkar di leher kuning langsat miliknya. 

"Oo, baguslah. Nak cepat khatam kut. Yelah, Abang jalan dulu, ye." Bang Zul menyodorkan tangan untuk disalami istrinya. 

Wak Isah menyalami dan mencium tangan suaminya dengan takzim. Bang Zul pun berangkat dengan menggunakan sepeda motor bebek miliknya, meninggalkan Wak Isah yang masih tak bergeming dari posisinya. 

***

Sepulang sekolah, Farida melanjutkan membaca kitab suci miliknya. Wak Isah yang berniat memanggil putrinya itu untuk membantunya di dapur, mengurungkan niatnya. Ia pun memilih mellanjutkan aktivitasnya memasak seorang diri meninggalkan Farida yang masih tetap fokus mengaji. 

"Mane Farida?" Bang Zul menghampiri istrinya di dapur. Bulan puasa ini ia memang pulang lebih awal. 

Aroma lezat masakan sudah tercium, membuat mulut yang kering karena seharian berpuasa menjadi berliur. Bang Zul mengintip, istrinya sedang membuat semur ayam. Ia langsung tahu masakan itu ditujukan untuk anak-anaknya. Karena ia sendiri tak begitu suka masakan berbahan kecap itu. 

"Tadi masih mengaji, cubelah Abang tengok," jawab Wak Isah sambil terus memasak. 

"Kalau macam tu, bio jelah. Biar abang yang bantu Isah masak." Bang Zul mengambil sendok dan mengaduk masakan di atas kompor. 

"Heleh, bantu kacau je. Usop pun bisa," gumam Wak Isah pelan. 

***

"Bismillahirohmanirrohim. Dzahabazzhoma'u ... Wabtallatil 'uruqu ... Watsabatal ajru insyaAllah," rapal Usop dengan lancar. 

"Aamiin ...," jawab mereka serempak. 

Hari ini do'a berbuka puasa di pimpin oleh Usop, meskipun ia telah berbuka jam dua siang tadi. Setelah minum dan makan kurma, mereka lanjut shalat magrib berjamaah. Barulah kemudian melanjutkan makan. Semua sekarang asik menyantap hidangan berbuka puasa dengan nikmat. Apalagi kedua kakak beradik yang kini terlihat lahap menyantap makanan kesukaan mereka. Usop buru-buru merebut paha ayam saat melihat kakaknya akan menambah nasi. 

"Usop, itu yang di piring engkau masih penuh, abiskan la yang itu dulu." Wak Isah menegur anak bungsunya. 

"Tapi nanti di habiskan Kak Ida." Dengan kecewa Usop menarik lagi tangannya. 

"Makan jangan gelojo, habiskan yang kat piring tu dulu, kalau nak tambah baru ambik lagi," Bang Zul menimpali. 

Lihat selengkapnya