Rumah Pantai

Ishmaly Hana Hamdi
Chapter #1

1. MASA KINI

Justin Dumont bangun dengan kemaluan tegang pada suatu Rabu pagi di bulan Juni 2023. Dia mengerang setengah menikmati, setengah kesal, karena pada saat yang sama dia merasa sangat kelaparan.

Gemuruh di perut membuat lelaki itu teringat pada permainan kartu malam sebelumnya. Dia dan sejumlah kawan kumpul-kumpul di Klub Pensiunan sambil mengudap kacang lupin dan acar zaitun. Semalaman mereka menenggak berliter-liter minuman keras. Tidak heran mereka jadi tak ingat makan.

Justin Dumont menyurukkan tangan ke bawah selimut tipis musim panas dan meremas beberapa kali. Sesudah itu, dia turun dari tempat tidur, berjalan menuju kamar mandi, dan mengosongkan kantung kemih. Dia bisa membaui aroma masam diri sendiri dari kaus bekas semalam yang masih terpasang di badan. Alih-alih mandi, dia memutuskan menunda acara tersebut dan memilih pergi ke dapur di lantai bawah.

Sambil menata keju dan salami ke roti, Justin Dumont membuka daftar panggil di ponsel dan menelepon seseorang.

Kekasihnya menjawab hampir seketika. “Hai, Baby, bisa kita mengobrol nanti? Kami baru saja akan mulai Pertukaran.

Pacar Justin bekerja sebagai perawat di rumah sakit.

Senyum yang sudah sedia di wajah pria itu langsung lenyap. “Memangnya kau lagi di mana?” Gerakannya mendekatkan roti ke mulut berhenti di udara.

“Tentu saja di rumah sakit. Di mana lagi? Kan tadi kubilang, grup jaga baru sudah tiba. Kami sekarang akan mengoperkan daftar pasien kepada mereka.”

“Bagaimana aku bisa tahu bahwa kau benar sedang di rumah sakit?” Justin mengembalikan roti lapis ke talenan.

Di seberang, terdengar dengusan. “Justin, sekarang aku benar-benar tidak punya waktu. Nanti saja, ya? Kututup dulu teleponnya.”

“Oh, tidak, tidak! Tidak bisa! Jawab dulu. Apa kau betul sedang di rumah sakit?”

“Aku tidak percaya ini.” Pacarnya menggerutu. “Justin, aku sedang di rumah sakit, sudah sejak 23 jam yang lalu di rumah sakit, masih akan 11 jam lagi di rumah sakit, dan aku sibuk!!!”

“Siapa saja yang ada di sekitarmu? Aku mau bicara. Operkan teleponnya.”

“Si .... Apa maksudmu siapa saja yang ada di sekitarku? Apa kau tidak dengar yang kubilang barusan?”

“Ya, aku mau tahu, siapa saja yang ada di situ?”

Perempuan itu mengeluarkan bunyi frustrasi. Sedetik kemudian, sambungan telepon diputuskan dari sisi penerima.

Tidak ada yang boleh melakukan itu pada Justin Dumont. Dia segera menekan ulang tombol hijau. Namun sampai nada panggil terakhir selesai berdengung, tak ada jawaban.

Justin Dumont mengulang panggilan teleponnya dan mendengarkan dengan tidak sabar.

Lihat selengkapnya