Rumah Pantai

Ishmaly Hana Hamdi
Chapter #3

3. MASA ITU

Pulang dari Ujian Profesi Advokat, Hilda Widyatama mengakses permainan daring tanpa mengganti pakaian. Begitu dia masuk, kotak percakapan terbuka otomatis di kiri bawah layar. Ada empat pemain lain sudah sedang online.

Hilda Widyatama melepas syal yang dia kenakan. Sutra membelai kulitnya saat simpul kain hitam bercorak mawar putih itu terurai. Hilda meregangkan punggung, menekuk leher tiga kali, kemudian mengetikkan salam. 

“Halo semuanya!”

“BlazeGirl! Ke mana saja baru kelihatan?” Pemain yang menggunakan nama UsernameTaken membalas.

“He he, maaf, ada yang harus kuurus akhir-akhir ini.”

“Hai, BlazeGirl,” sapa JD36. Pemain yang satu itu, menurut pengakuannya sendiri, memang berusia 36 tahun.

“Hai, JD. Hai, SneakyPloy. Hai, RoachBuster.” Belajar dari pengalaman, Hilda menggunakan kesempatan tersebut untuk sekaligus menyapa semua orang. Kalau tidak begitu, obrolan para pemain akan tiba-tiba terpusat kepadanya. Atau, lebih tepatnya, kepada JD36.

“Ha ha, JD, apa kau sedang patah hati di situ?” tanya RoachBuster.

Nah, kan. Hilda menggeleng di depan layar. Dia meraih sekaleng minuman dingin yang baru saja dia beli dari warung di dekat rumah. Hilda minum seteguk dan memutuskan akan melihat dulu bagaimana interaksi itu bergulir.

“Kenapa aku harus patah hati?”

“Karena BlazeGirl tidak secara khusus membalas hanya kepadamu tadi.”

“Biasa saja tuh.”

“Halah! Bujang lapuk sepertimu. Apa lagi yang kau harap dengan bergenit-genit pada perempuan?”

“Aku tidak sedang bergenit-genit dengan BlazeGirl!”

“Kalau kau mau, tidak apa-apa lo. Kami mengerti kok. Waktumu kan sudah makin terbatas. Kasihan nanti tangan kananmu jadi berurat. Apa mungkin sudah?”

SneakyPloy mengetikkan Lol.

Lihat selengkapnya