Perempuan itu punya kucing baru lagi. Makhluk usil dan tinggi hati yang selalu mau tahu urusan orang lain. Kucing sebelumnya gemar duduk di puncak daun pintu setiap kali sang majikan meninggalkan flat terbuka. Perempuan itu biasa melakukannya setiap akhir pekan saat membersihkan kediaman secara besar-besaran.
Justin sudah muak mendengar By The Rivers of Babylon diputar berulang-ulang dengan suara cempreng perempuan itu turut menyanyikan sembari dia mengebas debu. Dia punya puluhan foto keluarga dalam pigura yang butuh sentuhan lap sekali seminggu.
Penataan rumah perempuan itu sama purbakala dengan caranya berpakaian. Hanya orang-orang yang terpukau pada masa lalu yang mengoleksi begitu banyak muka hitam-putih tanpa senyum.
Soal kucing si tetangga, Justin selalu tersinggung saat dia lewat dan mendapati makhluk berbulu oranye itu menatapnya dari ketinggian. Mimiknya merendahkan. Seakan-akan kemampuannya duduk seimbang pada benda berayun membuktikan hierarki kedudukan mereka dalam rantai makanan.
Kucing yang sekarang tak ada bedanya. Sudah lima menit penuh dia menatap Justin lekat-lekat dari beranda sebelah. Kucing abu-abu itu bertengger di tembok teras, tetapi bukannya mengawasi jalanan di bawah, dia justru secara kentara melongok ke kanan. Matanya membelalak seperti ... marah? Kaget? Tidak menyangka? Penuh penghakiman? Entah apa kata yang tepat untuk menggambarkan sorot si kucing.
Justin balas melotot. Dia sebenarnya ke sana untuk menelepon. Justin sempat coba menggertak, tetapi si kucing bergeming, tidak tampak gentar, apalagi takut kepadanya. Akhirnya, Justin abaikan penonton berkaki empat itu. Dia menyandar ke tembok teras, mengeluarkan ponsel dari saku celana.
“Hey, Baby,” tulisnya.
Dia menunggu beberapa detik, tetapi tak ada jawaban.
Justin mengirim pesan kedua. “Lena?”
Dua menit berlalu, tetap tak ada jawaban.
Justin mengejar dengan pesan ketiga. “Kau di mana? Kenapa tidak menjawab?”
Beberapa menit berlalu tanpa ada apa pun muncul di ponselnya.
Justin akhirnya menekan tombol panggil. Nada dering berbunyi sekian kali, tetapi sama saja. Tak ada respons dari sang kekasih.