Rumah Pantai

Ishmaly Hana Hamdi
Chapter #12

12. MASA ITU

Sabtu pagi, Hilda terbangun oleh pekikan camar itu lagi. Dia memalingkan wajah ke arah jendela dan mengamati makhluk yang berdiri di sana. Lalu Hilda berpikir, mungkin dia salah. Mungkin itu camar yang berbeda. Namun kemudian dia berpikir lagi. Sama ataupun bukan, mengapa mereka selalu hinggap di jendelanya? Kedatangan camar-camar itu seperti membawa pesan.

Justin adalah kesalahan. Kesalahan fatal untuk sesuatu yang sempat membuatnya meninggalkan Heru dan kenyataan di rumah Indonesia. Mungkin itulah yang camar itu ingin sampaikan pada hari pertamanya terbangun di sana. Hilda mesti secepatnya terbang, cari selamat, lari dari Belgia. Jika tidak, dia masih akan tetap terpaksa mengalami peristiwa semalam.

Camar itu pergi. Hilda kembali berpaling, ganti menatap langit-langit. Seluruh bobot pikirannya pindah ke belakang kepala, membenamkan tubuhnya kian dalam pada matras. Sesuatu yang menjijikkan melingkupinya. Bau Justin serta bau tubuhnya sendiri terkontaminasi bau Justin.

Sepelan mungkin agar tidak menggerakkan bagian selimut yang menutupi si pria, Hilda menyingkap selimut dari bahunya. Dia memandang ke kanan bawah. Sebuah lebam besar telah terbentuk pada lengan atasnya. Ada sesuatu yang lengket berbau khas juga di sana. Teringat apa yang terjadi semalam, Hilda tahu, sesuatu itu ada di situ, serta di beberapa permukaan tubuhnya yang tanpa busana.

Hilda merasa jijik pada diri sendiri.

Dia beringsut bangkit, juga sepelan mungkin, layaknya jiwa yang sedang meninggalkan raga pelaku pengalaman astral. Hilda menurunkan satu kaki ke lantai. Setelah berhasil mengangkat separuh badan dari ranjang, dia menyusulkan kaki kanannya.

Hilda menoleh ke belakang. Dengkur Justin masih beraturan. Kelopak matanya juga masih menutup rapat, tidak bergerak-gerak. Hilda melirik ponsel yang tergeletak di nakas. Perempuan itu menimbang-nimbang, apakah dia sebaiknya menggunakan kesempatan tersebut untuk menghubungi Heru dari kamar mandi?

Memikirkannya ulang, Hilda menganggap rencana tersebut tidak bijaksana. Justin bisa sewaktu-waktu bangun. Membawa ponsel ke kamar mandi hanya dilakukan oleh orang-orang yang punya sesuatu untuk disembunyikan. Dia tidak boleh mengambil risiko kehilangan alat komunikasi juga. Lebih baik bermain aman sesuai kesepakatan. Hilda hanya akan menghubungi Heru saat Justin sedang menggunakan kamar mandi.

Hilda berjingkat pergi membersihkan diri.


***

 

Di luar jadwal, pada pukul setengah dua belas siang, mantan istri Justin datang menjemput Valentina. Orang tuanya hendak berkunjung. Mereka mau mampir dalam perjalanan darat menuju tempat retret senior 155 kilometer dari sana. Valentina perlu bertemu kakek dan neneknya.

Mendengar ibu Valentina akan datang, tak urung, Hilda penasaran. Seperti apa rupa perempuan yang pernah tercatat dalam dokumen pemerintah sebagai istri Justin Dumont? Mengapa mereka bercerai? Apakah dia mengalami hal yang sama dengan Hilda dan memutuskan berpisah karena tak tahan? 

Ketika ponsel Valentina berdenting diikuti bunyi klakson dari jalan depan, Hilda pergi ke balkon kamar dan melongok ke bawah. Isabelle Janssen bersandar di pintu pengemudi, tungkai panjangnya menyilang, jaket pendek berkerah segi tiga besar memperjelas bahu lebar perempuan berkulit kecokelatan itu. Dia adalah Valentina dalam versi yang lebih ramping dan terbakar matahari.

Tatapan Isabelle mengarah pada sesuatu di teras bawah, tetapi dia hanya mengangguk tanpa tersenyum. Justin.

Isabelle mendongak menyadari gerakan di teras lantai dua. Melihat Hilda, dia lama menatap perempuan itu dengan sorot tak terbaca. Interaksi tanpa kata mereka terhenti setelah Valentina keluar dan berjalan mendekati mobil ibunya.

Valentina, yang memergoki ibunya mendongak ke teras atas, melakukan hal yang sama. Melihat Hilda ada di sana, Valentina melambaikan tangan. “Sampai nanti, Hilda!” katanya. Lalu dia melambai pada Justin juga. “Daaah, Papa!”

Hilda memaksakan sebuah senyum dan balas melambai, ngeri membayangkan bahwa tiba-tiba saja dia hanya akan berdua dengan Justin di rumah.

“Meong!”

Lihat selengkapnya