Rumah Pantai

Ishmaly Hana Hamdi
Chapter #22

22. MASA ITU

Begitu laptopnya terhubung dengan Wi-Fi Kantor Polisi Pusat Damme Knokke-Heist, Hilda langsung masuk ke akun media sosialnya. Hal pertama yang dia lakukan adalah membuka laman Pengaturan dan mengganti kata kunci. Dia sudah berhasil melarikan diri dari Justin. Jangan sampai masih ada lagi celah tersisa untuk pria itu memata-matai atau melakukan sesuatu atas hidupnya.

Sedetik kemudian, pemikiran tersebut menjadi sebuah kesadaran.

Dia sudah berhasil melarikan diri dari Justin.

Astaga.

Hilda menyeringai sendiri di ruangan seluas lapangan badminton itu. Suasana hatinya jadi lebih membaik saat mengatur ulang sandi.

Kelar membereskan urusan keamanan, Hilda mengetikkan nama Heru Dirgantara dan membuka kotak percakapan.

“Her, aku selamat. Di kantor polisi sekarang.”

Sebegitu saja pesan pembuka Hilda kepada adiknya. Ada hal lain yang harus dia lakukan sembari menunggu balasan. Hilda masuk ke mesin pencari dan mengakses alamat surel yang dulu dia gunakan bermain online. Sudah ada satu surat baru di sana. Balasan Tante Tamara, sosok yang dituakan para diaspora di Belgia.


 Sayang, aduh, sial sekali kamu. Kenapa sekalinya pindah ke luar negeri, kamu malah dapat laki-laki yang seperti itu? Tapi kamu jangan khawatir, ya. Di sini, kita semua saudara. Sama rasa, sama rata. Kapan saja kamu sudah bisa lari dari sana, rumah Tante terbuka 24 jam. Tante akan siapkan satu kamar kosong untukmu mulai dari sekarang.

 Yang paling dekat dengan lokasi tempat tinggalmu dan punya kendaraan, namanya Astrid Riawan. Tapi, Tante rasa, untuk saat ini Astrid tidak akan bisa banyak membantu. Soalnya, dia belum lama melahirkan.

 Selain Astrid, ada Sherly Garcia. Dia tinggal di Brugges, 20-30 menit saja dari rumahmu. Sherly indekos, tapi bekerja lepas, jadi punya jadwal yang lebih longgar.

  Nanti Tante bicarakan dengan mereka berdua, bagaimana baiknya. Jam berapa dan hari apa kamu ada kesempatan sendirian? Kapan kamu bisa kami jemput tanpa terlihat laki-laki itu?

 Hati-hati, ya. Tante tunggu kabar selanjutnya.

 

Hilda kembali ke akun media sosialnya dan mengetikkan nama Tamara Sepimawa di kotak pencari. Ada. Dia buka kotak percakapan kedua. Tante Tamara terakhir online 6 jam lalu. Pikir Hilda, tak ada salahnya mencoba mengirim pesan lewat situ juga. Kebanyakan orang lebih rajin mengecek media sosial daripada kotak surat elektronik mereka.

Sama seperti pesannya kepada Heru, Hilda memberitahu Tante Tamara bahwa dia saat itu sudah aman dalam perlindungan polisi dan sedang menunggu jam kereta beroperasi. Hilda bertanya apakah dia boleh ke tempat Tante Tamara hari itu juga. Baru saja Hilda hendak menanyakan alamat si ketua diaspora Belgia, sebuah kotak hitam muncul di tengah layar.

Panggilan video dari Heru.

Lihat selengkapnya