RUMAH REOT 2 (Saudara yang Terpisah)

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #1

Hari-Hari Terasa Hampa


"Guntur ... Gun ...," panggil seseorang dari luar. Suara itu sudah tidak asing lagi di telinga si bocah.


"Ya, Pak. Bentar." Guntur beranjak dari tempat tidurnya. Karena hari Minggu, dia sengaja tidak bangun terlalu pagi seperti biasa.


Guntur membuka pintu sambil mengucek mata. Penglihatannya masih kabur karena belum tersentuh oleh air sama sekali.


"Gun, ini ada sarapan. Mana adikmu?" Menyerahkan bawaannya sembari menatap ke dalam rumah.


"Masih tidur, Pak."


"Ini uang jajan kalian. Dan ini untuk beli bakso atau apa saja." Pak kadus memberikan uang dua puluh ribuan sebanyak empat lembar.


"Banyak sekali, Pak. Aku nggak mau," tolaknya.


"Udah, ambil aja ... ambil." Beliau menaruh lembaran uang tersebut ke dalam saku Guntur. "Oya, besok pagi kamu sekolah, ya? Jangan lepaskan sekolah hanya gara-gara tidak ada ibumu. Bapak berharap kamu tetap ke sekolah."


"Iya, Pak. Besok aku sekolah, kok. Lagian di rumah ngapain juga. Waktunya sayang kalau hanya untuk bermain saja."


"Pinter. Ya, udah. Bapak pulang dulu. Ingat, jangan lupa jemput makan siang ke rumah." Pak kadus mengelus kepala Guntur, lalu meninggalkannya.


Narnia dan Rimba sangat senang dengan sarapan pagi ini. Nasi gurih kesukaan mereka bisa dinikmati setelah sekian lama tidak memakannya. Maklum saja, Hartina merasa kalau nasi gurih menghabiskan biaya saja, karena tidak bisa tahan sampai sore. Sementara harus menghemat beras yang dibeli perliter dalam tiga hari sekali.


Melihat kedua adiknya bersemangat menikmati makanan, si anak sulung itu hanya memasukkan nasi ke mulutnya sekitar empat suap saja. Dia tidak tega bila adik-adiknya kekurangan. Jadi terpaksa mengalah.


"Bang, kok, berenti makannya?" tanya Narnia, sembari memasukkan nasi ke mulut.


"Aiiih, Abang kenyang, Dik. Liat perut Abang. Wuaaa ...." Guntur kembali melakukan hal ini seperti dahulu. Berpura-pura kenyang dengan membusungkan perutnya, agar terlihat kenyang benaran.


Lihat selengkapnya