RUMAH REOT (Cita-cita dalam angan)

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #10

Terjebak Barang Haram

Tanpa berpikir panjang dan tidak tahu betul untuk apa gunanya barang itu, Guntur tetap ingin mengikuti saran lelaki itu. Niatnya hanya satu, membiayai pengobatan ibunya, itu saja. Menurutnya, berdagang adalah hal yang dihalalkan. Tidak ada larangan untuk melakukan sesuatu dengan niat ikhlas.


"Gini aja, kamu ke sekolah dulu. Nanti pulangnya Oom tunggu di persimpangan. Oya, jangan ceritakan dengan siapa pun. Sebab ini barang berharga. Takut kalau nantinya kamu kena incar dan dirampok. Bisa bahaya kita. Ini duit ... duit, Gun." Wajahnya menebar senyum sambil menggerakkan jemarinya.


"Ok, Oom. Aku ke sekolah dulu, ya. Nanti telat."


"Sip. Ingat pesan Oom, ya, Gun!" Lelaki itu pergi dengan perasaan senang, karena perencanaan bisnisnya akan lancar dan mulus nantinya.


Begitu sampai di sekolah, bel berbunyi. Guntur berlari masuk ke kelas sebelum Pak Nababan datang. Beliau orang yang disiplin dan mendahulukan tata tertib. Siapa pun tidak ada yang boleh melanggar. Sekali pun dia anak kepala sekolah yang menjadi muridnya.


Ketegasan guru teladan itu sudah dikenal sejak dua puluh tahun. Banyak yang segan dengan Beliau, bahkan tidak berani menegur. Padahal sikap Pak Nababan di luar sekolah sangat santai dan ramah. Berbeda dengan yang orang kira.


"Guntur, ada yang ingin saya tanyakan. Mari ke kantor," ajak Pak Nababan, setelah memberi penjelasan tentang materi hari ini, lalu memberikan tugas.


Guntur mengikuti ucapan gurunya tanpa bertanya. Banyak pertanyaan yang dilontarkan tentang sakitnya ibu murid cerdas itu. Dia menjawab semuanya. Meskipun kebanyakan dengan anggukan dan menggeleng, cukuplah mewakili memberi keterangan.


"Gun, apakah ibumu sudah menikah lagi?"


Pertanyaan yang satu ini berhasil membuatnya dia terperangah. Guntur berpikiran, kenapa gurunya mengetahui kisah keluarga mereka se-detil itu? Cepat sekali kabar burung yang berakhir fitnah sampai ke telinga orang yang tidak perlu tahu.


"Ibu saya belum menikah lagi, kok, Pak. Beliau hanya ada keperluan waktu itu." Guntur membela ibunya demi menutupi malu.


Itu adalah pertanyaan terakhir. Kemudian, diminta untuk kembali ke kelas guna mengikuti pembelajaran. Seorang dari temannya, menyindir yang saat ini terjadi pada Guntur.


"Hei, men-temen. Tau nggak, kalau saat ini ada yang lagi heboh."


"Apa, tuh. Kasi tau, dong," jawab beberapa teman sekelas dengan serempak.


"Kepo, ya ...," ledeknya.


"Ish, kasi tau, dong," pinta beberapa dari mereka.


"Ada yang ibunya di sini lagi pacaran sama Oom Ferdi. Ha-ha-ha ...."


Lihat selengkapnya