RUMAH REOT (Cita-cita dalam angan)

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #11

Kaya Dadakan

"Oom, tadi ada guruku lewat. Dan Beliau liat aku." Guntur merasa bersalah atas sikapnya.


"Kamu masih SD, jadi nggak perlu takut dihukum. Coba aja kalau berani keponakan Oom." Ucapan lelaki itu, seolah membela Guntur. Padahal hanya omongan belaka tanpa ada benarnya.


Menerima meneruskan perjalanan. Sekitar lima menit, sampailah ke sebuah rumah berukuran besar. Pagar besinya saja terlihat mahal. Sudah tentu pemiliknya kaya raya. Guntur yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke rumah besar seperti itu, meliarkan matanya ke langit-langit beranda. Dihiasi lampu terbuat dari benda mahal mengkilau.


Laki-laki itu mengetuk pintu dengan besi pengetuk yang menempel. Baru lima ketukan, daun pintu dibuka.


"Eh, masuk." Pemilik rumah melihat ke arah pagar rumah. Guntur bingung dengan gelagat yang dilihat, lalu mereka masuk.


"Bro, butuh berapa?" tanya laki-laki yang membawa Guntur pada pemilik rumah.


"Biasa. Tapi kali ini tolong disatukan. Pelanggan minta begitu. Katanya ada pesta." Laki-laki itu mengerlingkan matanya. "Eh, ini siapa? Pakai seragam lagi."


"Nah, ini namanya Guntur. Setelah ini, bukan aku lagi yang ngantar barang itu ke sini. Tapi dia." Sambil menunjuk ke arah Guntur.


"Yakin? Nanti bisa berabe, Bro!"


"Udah, tenang aja. Aman pasti. Percaya, deh."


"Ok. Nah," sahut pemilik rumah dengan memberikan sejumlah uang sebagai bayaran. "Ini untuk kamu, Gun."


"Apa ini, Oom?"


"Udah, ambil aja untuk jajan kamu," ucap laki-laki yang membawanya.


"Ta-tapi, ini terlalu banyak." Berulangkali menghitung uang kertas berwarna merah tersebut sebanyak lima lembar.


"Udah ...." Pemilik memelankan ucapannya.


"Oya, sepertinya besok banyak yang mau. Nanti kukabari lagi."


Kedua laki-laki dewasa itu semakin bersemangat dengan bisnis yang sedang dijalankan. Berharap tidak ada sedikit pun rintangan dalam hal ini. Memperkejakan anak-anak di usia sepuluh tahun, akan mempermudah transaksi.


Guntur sendiri sangat senang dengan uang yang diterimanya. Belum pernah dia mendapatkan uang dengan jumlah besar dalam lima menit. Ini sangat ajaib baginya.


"Oom, saya telat, nih," keluhnya pada keduanya.


"Udah, yuk, pulang. Besok aja sekolahnya. Beli makanan sana untuk adik-adikmu."

Lihat selengkapnya