RUMAH REOT (Cita-cita dalam angan)

Sri Wahyuni Nababan
Chapter #13

Kegelisahan


"Ibu kamu sudah bisa pulang, asal biayanya diselesaikan."


"Owh, ada, Tan. Kapan kita jemput?" Guntur tetap memegang uang ratusan ribu tersebut dengan hati-hati. Sekitar tiga juta lebih sudah ada di tangannya. Bisalah membantu pengobatan ibunya.


"Kamu punya uang? Dari mana, Gun?" Tantenya terheran-heran. Bagaimana tidak, untuk makan saja masih dipenuhi oleh pak kadus dan dia sendiri secara bergantian. Manalah mungkin Guntur punya uang sebanyak itu.


"Selama ibu di rumah sakit, aku kerja, Tan. Lumayan bisa bantu ibu."


"Kerja? Kok, Tante nggak tau, ya," ucap tantenya sembari mengerutkan wajahnya tanda tidak percaya. "Bukan nyuri, kan?"


"Ish, Tante. Aku nggak pernah nyuri, Tan. Mana mau aku gitu." Memang dari awal niatnya untuk itu. Guntur pandai menyimpan uang yang ditaruh di dalam kaleng susu bekas.


Tantenya menanyakan berapa uang yang dipegang saat ini. Dengan santainya bocah itu menyebutkan nominalnya. Wanita itu sungguh salut pada ponakannya.


"Tan, aku punya firasat nggak baik kalau ibu sembuh." Guntur tidak bisa menyimpan perasaannya.


"Maksudnya? Aduh ... kamu ini. Seharusnya, kalau ibu kamu sembuh, ya, punya firasat baik, dong?" Tantenya menggelengkan tangannya.


"Tapi ini beda, Tan. Ini beneran. Aku takut kalau firasatku benar dan nyata. Bagaimana dengan nasib kami nanti?"


"Hus! Ibu kamu itu sembuh, bukan mau mati! Udah, yuk, pergi. Biar Tante kabari pak kadus. Kali aja dia mau membawa kita dengan mobilnya."


Mereka ke rumah pak kadus. Saat menuju ke sana, sebuah mobil berhenti menghampiri mereka berdua. Dia adalah pak kadus sendiri. Pak kadus juga memberitahukan pada Guntur bahwa ibunya sudah sembuh dan mengajak mereka untuk menjemput.


Narnia dan Rimba ditinggal sebentar di rumah, agar tidak terlalu ramai nanti di mobil. Lagian hanya untuk menjemput saja.


Di perjalanan, Guntur terus merasa resah dengan apa yang ada dalam pikirannya. Dia merasa akan ada sesuatu yang membuat perjalanan hidup mereka semakin sulit dilewati. Terlebih sekolahnya. Dia berharap agar tetap bisa sekolah, meskipun tidak lagi bekerja mengantar barang kemarin. Padahal pendapatan sehari lumayan banyak. Paling sedikit tiga ratus ribu rupiah. Jika yang diantar banyak, bisa mencapai satu juta lebih.


"Gun, turun. Udah nyampe," ucap tantenya.


Lihat selengkapnya