Rumah Tak Berpintu dan Jendela

Setiawan Saputra
Chapter #4

Empat

Wajahnya pun terhempas, rambutnya mengibas sebagaimana arah tamparan itu. Nia pun menjerit kesakitan, memegangi pipinya. Semua murid dari penjuru kelas langsung merapat ke kantin, seperti ada pertunjukan seru disana.

“Hei!” Siska ingin membalas apa yang diperlakukan Sekar terhadap sang ratu. Namun sayang, gerakannya kurang cepat dibandingkan Sekar. Ia pun langsung menangkap tangan Siska, menyikut hidungnya dan memukul ujung kelopak mata. Siska pun terhuyung, tubuhnya jatuh di antara meja-meja kantin.

“Kurang ajar!” Nia menjerit, ia pun hendak menyerang Sekar. Tapi mohon maaf sang ratu, gaya pertarunganmu tak sekelas penampilan cantikmu, pikir Sekar. Ia tersenyum, kini tangannya sudah menangkap kedua tangan Nia, dan memitingnya. Kemudian membantingnya ke lantai berkeramik. Tak perlu dibayangkan, seperti apa rasanya punggung itu menghantam keramik yang keras. 

Dua anak sudah tumbang, Nia terkapar di lantai berkeramik, rambutnya berantakan menutupi wajah dan pipinya yang merah. Sedangkan Siska bersandar lemas di salah satu meja dengan hidung bercucuran darah dan pelipisnya melebam seketika. Kini sisa satu anak lagi yang dihadapi Sekar.

“Heh, katanya mau nyeret aku ke kamar mandi?” Sekar berjalan mendekati Ika, kedua kaki Ika sedikit demi sedikit melangkah mundur, ingin segera menjauh, wajahnya ketakukan.

“Seret-dah!” Sekar menjulurkan tangan kirinya pada Ika, sedangkan Ika hanya menggeleng terus melangkah mundur menjauhi langkah Sekar yang semakin mendekat.

“Ayo seret!”

***

“Aku suka kelahi, karena aku punya dendam sama orang.” Begitulah yang dikatakan Sekar.

“Siapa pun itu?” tanya Arga duduk di sampingnya.

“Siapa pun itu, yang berani berurusan denganku. Aku akan menghajarnya, seperti membalaskan dendamku.”

Arga hanya mengangguk, gadis itu terlalu bengis baginya. Saat itu mereka sedang duduk berdua di tepi pemandian di salah satu sumber air di daerah Lombar. Mereka datang tidak hanya berdua.

Ada Hari, Udin, dan Niko. Tiga anak itu sedang asyik menyelam. Empat anak laki-laki yang sekarang menjadi teman baik Sekar, mereka adalah teman sekelasnya yang duduk di bangku ujung belakang.

Tepat di belakang bangkunya Sekar. Mereka datang ke sumber air di Lombar, cabut dari sekolah setelah jam istirahat, memanjat tembok belakang kantin. Memanfaatkan meja-meja yang tak terpakai, ditumpuk hingga mereka dapat menjangkau tembok bangunan sekolah bagian belakang melalui meja-meja itu.

***

Sebelum empat anak laki-laki itu berteman dengan Sekar, mereka bermasalah terlebih dahulu. Arga salah satu dari empat anak itu yang mencari masalah dengan Sekar. Pagi itu, sebelum Pak Indra guru IPS datang.

Sekar buru-buru mengerjakan tugasnya yang belum ia kerjakan dari rumah. Arga dan ketiga temannya mencoba mengganggu Sekar, mereka ingin Sekar menjadi salah satu siswi yang dihukum karena tidak mengerjakan tugas.

Arga pun langsung mencabut bolpoin itu dari tangan Sekar, kemudian ia lemparkan ke Hari, Udin, dan Niko secara bergantian. Sekar djadikan kucing-kucingan kala itu.

Sekar berlari-larian kesana-kemari mengejar bolpoin yang terus dilempar-lemparkan.

Lihat selengkapnya