“Kamu tau rasanya betapa hancur hatiku, ketika orang yang aku cintai diregut oleh anak laki-laki laknat macam itu.” Yulio memegang kedua bahu Sekar, ia pun langsung menggerakan tubuhnya ingin sekali menghindar. Tapi tidak bisa, tubuhnya terikat dan pegangan tangan itu terlalu kuat.
Sekar terkekeh, ia menatap dan mendengar apa yang dikatakan Yulio pada dirinya. Ternyata anak itu hanya mempunyai dendam soal cinta anak sekolah, tidak seperti dendamnya Sekar yang lebih kejam darinya.
“Dibalik kesangaranmu, ternyata kamu punya tubuh yang bagus.” Yulio mulai memegang kedua pinggang Sekar dari atas turun perlahan ke bawah. Sekar pun menggeliat, tatapannya tajam.
Dalam tatapannya ia berkata; Lepaskan! Tapi sayang sekali ia tidak bisa berbicara, hanya bisa menggeram dalam balik kain dasi yang mengikatnya, dan anak itu tidak akan bisa mendengarnya. Di balik kain dasi yang terikat, Arga memekik samar-samar memanggil nama Sekar. Ia pun langsung menerima pukulan ke mata dari salah satu anak yang menjaga.
“Agghhh.”
“Diam kau, bangsat!” Rambut belakang Arga ditarik, lalu anak itu memukul matanya lagi. Arga langsung terdiam, mendengkus kesal.
Yulio tersenyum, sejenak membuang putung rokoknya yang sudah mulai menyentuh gabus, dan mengijaknya dengan sepatu, “Kamu pasti suka dengan sentuhan ini.” Anak laki-laki itu berlutut di hadapan Sekar, jaraknya semakin dekat, kedua tangannya memegangi pinggang Sekar dengan elusan lembut.
“Jangankan kamu, perempuan yang aku cintai dulu suka dengan sentuhan itu, bahkan sesuatu yang menusuk ke dalamnya. Kurasa semua perempuan sama menyukai itu”
Kedua tangan Yulio telah berada di kedua dada Sekar. Memegangnya sesekali memberikan pijatan kecil di situ. Sekar merasakan sesuatu yang aneh menjalar di dadanya, terasa sesak saat anak laki-laki itu memegangnya.
Kedua mata Sekar melotot, jika mulutnya tak terikat kain dasi pasti ia akan memakinya dan juga meludahinya. Maka dari itu hanya suara Sekar memekik, yang tidak diindahkan oleh anak laki-laki yang berlutut di hadapannya.
Arga, Niko, dan Hari meneriaki Sekar dengan suara pekikan, yang kemudian suara itu dihentikan oleh pukulan dari seorang anak yang menjaganya. Tiga anak itu pun hanya menangis, tidak terima melihat Sekar diperlakukan seperti itu oleh Yulio. Ingin sekali mengamuk dan memukuli anak laki-laki itu, tapi kondisinya sekarang kedua tangannya terikat juga kedua kakinya.
“Aku akan melakukan apa yang udah dilakukan, oleh salah satu anak laki-laki Dewanta terhadap kekasihku.”
Kedua tangan itu sudah meremas-remas kedua buah dada Sekar yang terikat di kursi. Sekar tubuhnya menggeliat, ingin membebaskan dirinya dari tekanan itu. Jika mulutnya tak tersumpal kain dasi, pasti ia akan memberikan berbagai macam kata makian terhadap anak laki-laki sialan itu.
Wajah Yulio semakin dekat dengan wajah Sekar, sejenak ia menyibakkan rambutnya dengan elusan lembut, “Aku tak akan berbuat kasar, kamu pasti suka dengan perlakuan lembutku.” Yulio mulai mencium pipi Sekar, dan perempuan itu semakin menggeliat menggerakan wajahnya menjauhi bibir Yulio.
Ketika anak laki-laki itu mencium seluruh wajah Sekar, dan jemari-jemarinya bermain di kedua dadanya yang sudah mulai mengeras. Tanpa disadari Sekar menggesekan kedua kakiknya yang terikat, ia tahu caranya melepas ikatan di kakinya.
Namun sayangnya, ikatan itu terlalu kuat. Gesekan kedua kakinya berhenti, Sekar tidak bisa melakukannya. Sementara napas Sekar menderu-deru, tubuhnya terus menggeliat saat Yulio menikmati wajahnya.
Sekar mencoba cara lain, mengayunkan pelan kedua kakinya. Ternyata ia bisa mengayunkan kedua kakinya walaupun terikat. Sialan, kenapa nggak dari tadi ia mengayunkan kakinya dan menendang perut anak laki-laki itu. Begitu dalam pikirannya, ia sangat kesal.
Saat Yulio menikmati leher Sekar, dan kedua jemari-jemarinya sudah mulai melepas dua kancing seragam. Sekar mengayunkan kedua kakinya yang terikat, dengan tenaganya yang lebih kuat. Kedua kaki yang terikat itu berhasil menghantam benda di antara selangkangannya.
Yulio pun mengerang keras, melepas cumbuannya, kedua tangan yang hendak melepas kancing seragam Sekar juga terlepas, beralih memegangi kemaluannya sendiri dengan kepala tertunduk.