Rumah Tak Berpintu dan Jendela

Setiawan Saputra
Chapter #13

Tiga Belas

Pria tua hampir kepala tujuh sedang membersihkan kandang ayam di halaman belakang rumah, sementara ayam-ayam dilepas liarkan disana, mencari makanan sesuai naluri dan insting sang ayam.

Beberapa ekor ayam berlari ribut dengan suara kokokannya, ketika pintu rumah belakang terbuka oleh seorang anak perempuan berseragam putih biru. Anak itu tersenyum dan melangkah riang mendekati sang pria tua.

“Bapak,” serunya di kepalanya tersematkan sebuah harapan.

Pria tua menyahut dengan dehaman, duduk di besi-besi tua yang tak terpakai. Ia menatap anak perempuan itu berjalan ke arahnya.

“Minta uang, Pak.” Anak itu sudah duduk di sebelahnya.

Pria tua menghela napas, tak kuasa lagi menghadapi anak perempuan itu yang kerjanya minta uang terus padanya, “Pulang sekolah itu nah, langsung makan,” katanya seraya menangkap ayam jantan yang mendekat padanya.

“Uang dulu-dah, Pak. Habis itu makan.”

Pria tua menggelengkan kepala, sambil membelai bulu-bulu sang ayam jantan di pangkuannya, sang ayam tenang-tenang saja di pangkuannya. Tampak menikmati sekali belaian sang pemiliknya.

Nah, Pak.. Minta uang-dah, Pak..” Anak perempuan itu masih merengek duduk di samping pria tua, sesekali menarik-narik kaus putih pria tua itu.

Pria tua berdecih karena risih, lalu langsung berkata, “Aku ini bukan bapakmu. Kamu itu cucuku.” Pria tua langsung menatap anak perempuan di sampingnya yang hanya diam menatapnya. Tampak sekali tatapannya tak percaya atas apa yang dikatakannya.

Ayam jantan sengaja dilepas oleh pria tua, lalu ia merangkul pundak anak perempuan itu, “Sekar, kamu itu udah gede. Harusnya kamu mengerti.”

“Berarti bapak…”

“Aku kakekmu.”

“Lalu mamak?”

“Mamak itu nenekmu.”

“Betul kah itu?”

Selama ia kecil, Sekar baru tahu bahwa bapak ibu yang merawatnya itu adalah kakek dan neneknya. Sekar baru mengetahuinya ketika ia masih kelas tujuh. Selama ini apa yang ditanya-tanyakan Sekar dalam dirinya akhirnya terungkap. Kenapa bapak dan ibunya terlihat sangat tua dibanding orang tua teman-temannya.

“Sekar punya bapak? Mana bapakku?”

“Bapakmu ada di Jawa, di Kediri, Kar.”

Anak perempuan itu pun langsung beranjak, kemudian berlari menemui neneknya yang sedang memasak di dapur. Sang wanita tua sedang memulatkan cabai dengan ulekan, seketika dikejutkan dengan kehadiran si anak perempuan.

“Mamak.., benarkah mamak ini nenekku? Benarkah apa kata bapak?”

Wanita tua itu hanya diam ketika mendapat pertanyaan Sekar, dari jendela dapur yang terbuka, ia menoleh menatap pria tua yang masih duduk di besi-besi tak terpakai. Pria tua tahu tatapan sang istri, ia hanya memberikan anggukan pada istrinya.   

***

Lihat selengkapnya