Sekar duduk bersandar di tembok bawah jendela berjeruji, kedua kakinya ditekuk, memendamkan wajahnya dengan kedua tangan. Seorang perempuan duduk tenang di atas kasurnya, sedari tadi memandang Sekar yang duduk di bawah.
Pintu jeruji dibuka, seorang dokter dengan pakaian khasnya masuk ditemani oleh empat orang konselor dan dua orang penjaga. Mereka yang baru saja masuk, berdiri melingkari Sekar yang masih berada di posisi yang sama. Duduk bersandar tembok bawah jendela berjeruji.
“Dia kenapa?” tanya seorang konselor pada perempuan yang duduk di atas dipan.
“Tak tau, Ibu. Memang begitu dia dari tadi,” jawabnya.
“Nggak kamu apa-apain, kan?”
“Ihh, tidak, Ibu.”
“Ya udah, kalau begitu kita langsung cek aja.” Sang Dokter pun berkata demikian, “Ayo, Dek. Kita cek dulu yuk, habis itu minum obat.”
Sekar menggelengkan kepalanya cepat, kedua tangannya terasa kaku ketika sang dokter mencoba membangunkan dirinya. Dengan suatu isyarat dari sang dokter, keempat konselor segera tahu, mereka pun langsung membantu dokter untuk membangunkan Sekar.
Agak sedikit kesulitan ketika mengangkat badan Sekar yang sesekali melawan, akhirnya Dokter dan empat konselor juga dibantu oleh dua orang penjaga, mereka pun berhasil membaringkan Sekar di atas kasur. Mereka datang hanya untuk mengecek tensi darah Sekar, juga memberikannya obat.
***
Program Rehabilitasi Napza berjalan selama tiga bulan. Atas bantuan Basuki kakaknya Hendro, merekomendasikan membawa Sekar ke rumah rehabilitasi, kebetulan sang pemilik adalah teman dekatnya. Basuki adalah sosok yang selalu merepotkan diri untuk mengurus semuanya supaya Sekar dapat direhabilitasi disana.
Kegitan pertama di pagi hari rehabilitasi harian adalah mandi pagi. Pada jam setengah tujuh pagi, para residen perempuan mengantre di depan dua pintu kamar mandi. Handuk dan peralatan mandi yang diberikan para petugas sudah berada di tangan masing-masing residen.
Sekar berdiri mengantre di antara dua belas residen, ia masih belum bisa mengenal siapa saja mereka. Ada enam teman satu kamarnya, dan dia masih belum mengenal salah satu dari mereka.
Ketika Sekar sudah sampai di urutan antrean pertama. Tiba-tiba sebuah tangan menggeser lengannya, Sekar pun seketika tergeser dari posisinya, dan urutannya langsung ditempati oleh seorang perempuan yang tidak dikenal.
Sekar menatap perempuan itu, sedangkan si perempuan meliriknya dari balik helaian rambut yang hampir menutup samping matanya. Sekar tanpa banyak kata, ia langsung merebut kembali urutan antreannya.
Namun, tangan perempuan itu begitu tangkas, langsung mendorong Sekar hingga terjatuh. Hendak ia berdiri dan membalas, pintu kamar mandi terbuka, perempuan itu langsung masuk ke kamar mandi dan mengunci pintunya.
Sekar sangat geram dengan perempuan itu, tapi ia tahan emosinya untuk tidak berbuat keonaran di dalam sini. Sekar menyadari ini bukan sekolahnya, jika berani dia berbuat onar, nanti ancamannya Sekar akan disuntik, atau hal yang paling terburuk dijebloskan di ruangan asing terisolasi, karena membahayakan para residen. Sekar takut hal itu.