Dengan ransel yang berisi pakaian, Sekar hanya menyangklongnya sebelah. Sekar berjalan mengikuti langkah Amir yang sedikit lebih cepat dari pada dirinya. Sejenak Amir berbicara dengan dua orang penjaga, yang masig-masing di kepalanya terikat destar khas Bali, lalu Sekar dan Amir pun masuk melalui pintu kecil.
Melewati anak-anak tangga mengarahkan Sekar dan Amir menuju sebuah ruangan, yang penuh dengan musik DJ berdentuman, para pelayan hilir mudik berjalan membawa botol minuman dan seloki-seloki. Perempuan-perempuan cantik berpakaian seksi, duduk di meja-meja dengan seorang pria, yang mungkin saja telah menyewa waktunya untuk menemani.
Tapi Sekar dan Amir tidak berhenti di situ, Sekar masih terus mengikuti langkah Amir menaiki anak tangga lagi menuju sebuah ruangan lantai atas. Sebelum masuk di ruangan itu, Sekar dan Amir bertemu lagi dengan dua penjaga pintu, kali ini dua penjaga berpakain serba hitam, kedua lengannya terlihat sangat dempal dan dadanya membusung.
“Sugra Bli, namaku Amir, temannya Bara.”
Kedua pria dempal itu tidak banyak tanya, mereka hanya mengangguk lalu membukakan pintu.
Amir tersenyum senang dengan tindakan dua orang itu, “Matur suksma, Bli.”
Sekar dan Amir pun masuk di sebuah ruangan yang terdapat orang-orang melingkari sebuah arena dan di tengahnya terdapat dua petarung sedang berkelahi. Sesekali orang-orang riuh bersorak, ketika seorang petarung memukuli lawannya.
Sekar dan Amir berjalan menyisiri orang-orang yang sedang menyaksikan perkelahian, pandangan Sekar melihat aksi perkelahian dua orang petarung melalui sela-sela kepala manusia yang menyaksikan. Secara tiba-tiba, Amir menarik lengan Sekar dan membawanya dekat dengan arena.
“Gimana, kamu suka kan?”
Sekar hanya mengangguk-anggukan kepala, pandangannya terus menatap dua orang sedang berkelahi di arena yang dibatasi oleh penonton. Salah satu petarung tersungkur setelah menerima pukulan mengenai dagu, orang-orang bersorak semakin riuh. Setelah ditunggu sepuluh detik, petarung itu tidak bangun lalu dinyatakan kalah. dua orang berpakaian hitam masuk arena lalu menyeretnya keluar dari arena.
Sekar menatap seorang pria yang berdiri di tengah arena, pria itu berkulit hitam dengan rambut pirang yang membelah tengah kepalanya. Pria itu memandang ke seluruh penonton yang berdiri di pinggir arena.
"Heey, Yohan." Amir berteriak memanggil pria berkulit hitam yang masih berdiri di tengah arena.
Pria yang dipanggil dengan nama Yohan langsung menatapnya.
"Aku datang ingin menantangmu bertarung."
Yohan hanya tersenyum kecil kala mendengar apa yang dikatakan Amir. Tangan Amir pun langsung memegang bahu Sekar, belum sempat Sekar menoleh. Amir mendorong Sekar masuk ke arena, dorongan Amir terlalu kencang, membuat Sekar sempat tersungkur di tengah arena. Lalu dengan cepat, Sekar segera berdiri.
Seluruh pandangan semua orang langsung mengarah ke seorang perempuan yang berdiri di tengah arena. Sejenak Sekar menatap Amir yang berdiri di pinggir arena, seakan dalam tatapannya Sekar bertanya; apa maksudnya dia mendorong Sekar ke arena. Sementara Amir hanya mengangguk, dan seakan berkata; bertarunglah, itu yang Sekar mau.