Bara langsung mengerutkan keningnya, ekspresinya tampak tidak percaya Sekar mengatakan hal itu, “Kenapa? Kamu udah lelah berkelahi? Atau mungkin ada secercah cahaya yang sedang kau pandang?”
“Ya!” Sekar suara dengkusannya terdengar berat, bagi Sekar itu saatnya berhenti dari kehidupan yang penuh dengan perkelahian, “Aku ingin kembali ke Mataram, aku lelah menjalani kehidupan kayak gini.”
Bara menggelengkan kepala, ucapan itu benar-benar ia dengarkan nggak masuk akal baginya, “Nggak bisa secepat itu, Kar.” Bara tertawa kecil.
“Bar, tolonglah. Aku ingin berhenti.”
“Jangan pulang dulu, sekali aja bantu aku.”
“Bantu apa lagi, Bar. Aku udah enam tahun membantumu.”
“Hei, Kar. Enam tahun aku membantumu, tanpa aku kau udah jadi pelacur.”
“Tutup mulutmu, Bar.”
Bara langsung menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, lalu suasana ruangan itu pun hening, keduanya diam. Tampak amarah dari paras Sekar, jelas karena atas perkataan Bara tadi. Sekar tidak mau disebut pelacur, harga dirinya sebagai perempuan tidak serendah itu, walau dia seorang perempuan yang dipandang buruk.
“Aku akan memberimu satu persyaratan, setelah itu terserah jika kamu mau berhenti.” Bara mencoba tenang berbicara pada Sekar, jemari-jemarinya mengetuk-ngetuk meja.
“Oke, untuk sekali ini aja?”
“Iya, sekali ini aja, Kar.”
“Apa itu?”
“Yudi menantangku, dia akan mendatangkan para petarungnya untuk berduel di arena. Dan mungkin ini pertama kalinya, kamu berduel dengan seorang laki-laki di arena.”
“Bar, kau ini udah gila ya, aku ini perempuan. Masa berkelahi sama laki-laki?”
“Kamu mau pulang apa nggak?”
“Aku tak akan menerima ini.” Sekar beranjak dari kursinya, dan hendak keluar dari ruangan.
“Kalau kamu nekat lari dari Bali, anak buahku akan mencarimu ke Mataram.”
Sekar pun langsung menghentikan langkah kakinya, setelah mendengar perkataan itu. Sungguh ini seperti labirin, dan Sekar terjebak di dalamnya. Dia ingin keluar, tapi tidak bisa semudah yang ia pikirkan. Ya, salah satunya cara harus menerima tantangan itu.
“Oke.” Sekar membalikan badan, kembali menatap Bara yang masih duduk di kursinya, “Aku terima tawaran itu, dan aku akan berduel dengannya.”
Bara akhirnya mengembangkan senyumnya sambil mengangguk-anggukan kepala, ia tampak sangat senang dengan apa yang dikatakan Sekar.