“Giliran kamu, Sekar.” Bara menepuk bahu.
Sekar hanya mengangguk penuh keyakinan untuk memenangkan pertandingan, ia pun berjalan masuk ke arena. Dalam langkahnya, Sekar sempat berpapasan dengan Yohan, ia menepuk bahu memberi apresiasi atas kemenangannya. Sejenak Yohan menahan langkah Sekar dan memberikan bisikan.
“Bawa dia ke sudut sana.”
Sekar memandang Yohan, masih tidak mengerti bagaimana maksudnya. Namun, Yohan hanya memberi senyuman kecil atas kebingungan Sekar di situ, “Percaya saja.” Begitu yang Yohan katakan setelahnya.
Lantas Sekar hanya sekadar mengangguk, lalu terus melanjutkan langkahnya masuk ke arena. Bara menatap tiga orang yang sedang berdiri di sisi kiri arena. Ia memberi kode pada mereka untuk bersiap-siap. Ketiga orang itu pun segera tahu maksud dari Bara. Mereka akan segera mengerjakan tugasnya.
Orang-orang kembali bersorak ketika seorang petarung laki-laki dan seorang perempuan sudah memasuki arena. Loket kembali dipenuhi kepala-kepala yang hendak mempertaruhkan uangnya untuk kedua petarung itu. Dan beberapa orang tampak berbisik-bisik.
“Ini pertandingan tak seimbang, perempuan itu pasti kalah.”
“Jangan remehkan dia, Bli. Dia perempuan hebat.”
“Tapi laki-laki itu lebih kuat, Bli.”
“Kita lihat aja nanti.”
Sekar sudah memasang posisinya, tatapannya tajam mengarah ke salah satu petarung laki-laki andalan si Yudi itu, yang bernama Bimo. Dalam hitungan tiga detik, Sekar dan Bimo sama-sama mengayunkan tangannya, tapi sayang sekali masing-masing pukulan tidak menyentuh apa pun. Kedua tangan itu saling terikat, membentuk silang.
Bimo segera mendorongnya, dan Sekar langsung mengincar dagu. Tapi masih saja belum kena, Bimo dapat menghindarinya dengan mudah. Ketika Bimo melihat kelengahan Sekar, ia langsung menendang kakinya membuat Sekar terjatuh.
Bimo segera berlari dan melompat, ia ingin sekali menginjak Sekar, tapi Sekar dengan cepat menggulingkan tubuhnya untuk menghindari. Setelah melompat dan menghujam kakinya ke lantai, Bimo masih di posisi berjongkok, mengatur napasnya. Sungguh perempuan itu sangat gesit, begitulah pikirnya.
Sekar melihat lawannya masih berjongkok, lalu memutarkan kaki dan kali ini berhasil mengenai wajah. Bimo terpelanting dan jatuh, lalu segera berdiri bersamaan dengan Sekar. Tak perlu lama menungu, ia langsung memberi pukulan untuk Sekar, tapi berhasil ditahan dan langsung membalas serangan.
Tapi sayangnya, pukulan itu belum mengenai sasaran. Tadinya Sekar mengicar bibir, tapi malah mengenai lengan yang terangkat dengan cepat. Sekar kembali mengayunkan tangan kirinya, tapi Bimo segera menangkap kepalan tangan Sekar dan langsung memberi pukulan mengenai pipi.
Pukulan ke pipinya membuat Sekar kehilangan daya, dalam kesempatan itu Bimo langsung memegang kepala Sekar dan mendorongnya ke tembok, membuat kepala Sekar sedikit terbentur.
Kemudian Bimo langsung memberi pukulan demi pukulan, sementara Sekar hanya bisa melindungi wajahnya dengan kedua tangan. Sekar hanya bisa bertahan, tidak memberi perlawanan apa-apa terhadap laki-laki itu. Sedangkan Bimo menggunakan kesempatan itu untuk terus memukulinya seperti punching bag.
Lalu ketika Sekar merasakan pukulan itu berhenti, ia melihat kaki Bimo hendak terangkat, secara bersamaan Sekar langsung menendang tepat ke selangkangan. Sekar tidak mau membiarkan kesempatan segera berlalu, ia langsung memukuli wajah Bimo, tapi sayangnya kedua tangan pria itu langsung melindungi wajahnya.
Pukulan demi pukulan berusaha membuka tangan Bimo yang melidungi wajahnya, dan akhirnya satu pukulannya dapat membuka salah satu tangan. Sekar pun segera menghajar pelipis. Tapi secara bersamaan Bimo memberi pukulan ke bibir, Sekar pun terdorong mundur hingga menempel ke tembok lagi.