Rumah Tak Berpintu dan Jendela

Setiawan Saputra
Chapter #30

Tiga Puluh

Sekar dan Joel akhirnya telah sampai di Bertais, Mataram. Naning dan Hardi baru saja keluar, bersamaan dengan mobil grand max yang berhenti di depan rumah. Saat itu bertepatan mereka berdua hendak pergi ke warung.

“Ya Allah gusti, Sekar...” Naning berteriak histeris, lalu berlari menghampiri cucu kesayangannya yang baru saja keluar dari mobil dan kemudian memeluknya, “Sudah pulang kamu, Nak.” Naning menjamah kedua pipi Sekar, membelai rambutnya, dan memegang tangan kanan Sekar yang masih terbungkus gips dan terikat perban.

“Ini kenapa, Sekar?”

Sekar hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Naning, tangan kirinya yang masih bisa ia gerakan membelai rambut putih neneknya. Suara isaknya terdengar dari Sekar pun juga Naning, perempuan itu terus memandangi paras nenek yang sangat ia rindukan.

Cukup enam tahun Sekar pergi, dan akhirnya ia kembali menatap wujud seorang nenek yang merawatnya sejak kecil. Sekar sangat bersyukur, karena masih bisa memandang Naning yang masih terlihat sangat sehat. 

“Saya yang menabrak Sekar, Bu.” Joel yang menjawab, “Tapi saya akan bertanggung jawab soal itu.”

Pandangan kabur Naning berusaha memandang Joel, yang berdiri di samping kanan Sekar, “Tapi kamu nggak papa kan, Sekar?” Naning kembali menatap cucunya.

Sekar mengangguk dan tersenyum, “Tak apa-dah, Mak.”

“Nanti kalau pekerjaan saya selesai, saya akan kembali kesini, Bu. Ngantarkan Sekar ke klinik.”

“Terima kasih, Nak. Terima kasih banyak, mari mampir ke rumah dulu.”

Joel menggeleng dan tersenyum, “Saya harus mengantarkan kue nastar ke Bima dulu, nanti saya akan kembali.”

“Siapa namamu, Nak?”

“Dia namanya Joel, Mak.” Sekar yang menjawab pertanyaan Naning, lalu Sekar kembali menatap Joel dan berkata, “Ini nenek aku.”

Joel langsung mengangguk dan berinisiatif menyalami Naning, lalu Joel pun segera pamit melanjutkan perjalanannya ke Bima. Tanggungan pekerjaannya masih belum selesai, ia harus mengantarkan kue-kue nastar sampai ke Bima.

Setelah perginya mobil grand max, Naning langsung membawa Sekar masuk ke dalam rumah. Kedatangan Sekar membuat Naning tidak jadi pergi ke warung, hanya Hardi yang akhirnya berangkat sendiri, karena Naning ingin meluangkan waktu kepada cucunya yang sangat ia rindukan.   

***

Sesuai yang sudah dijanjikan, Joel datang kembali ke Mataram. Ia menjemput Sekar dan membawanya ke klinik spesialis tulang, untuk melakukan perawatan lebih lanjut pada lengan kanannya.

“Terdapat pergeseran tulang pada lengan, tapi ini nggak terlalu parah. Saya udah mencoba mengarahkan kembali tulang tangan ke posisi normal secara perlahan. Tapi untuk sementara, pakai gips dulu ya, untuk memastikan tulang yang patah tetap berada di posisi normal. Minggu depan datang lagi kesini, untuk memastikan tulang tidak begeser lagi, jika udah aman gipsnya bisa dilepas.” Begitulah kata dokter, setelah melakukan pemeriksaan pada lengan Sekar.

Joel mungkin bisa bernapas lega, mendengar kondisi Sekar yang sudah mulai membaik. Ia tersenyum menatap Sekar yang masih duduk di dipan ruang klinik. Begitu pula di sisi Sekar, sudah dipastikan Sekar sangat beruntung bertemu dengan pria seperti Joel.

Joel pria yang sangat berbeda dari pria-pria lain yang pernah dijumpai Sekar, dari perlakuannya sudah terlihat bahwa Joel adalah pria yang tulus. Ia rela pergi dari Bima meninggalkan pekerjaannya, untuk menanggung semua yang sudah dijanjikan.

Naning sendiri juga sudah mengakuinya, ketika sebelum berangkat mengantarkan Sekar ke klinik, Joel sempat mampir duduk di ruang tamu dan berbicara pada Naning. Beliau sangat menyukai Joel yang terlihat sangat kalem, sopan, dan baik.

“Kamu itu baik orangnya, Nak. Jika mamak masih muda, mungkin mamak bisa menaksirmu.” Begitu kata Naning, dan Joel pun langsung tertawa.

Lihat selengkapnya