“Jadi aku ingin menikah denganmu.”
Mungkin Sekar bisa dibuat terbang kala itu, ia masih tidak percaya atas apa yang dilakukan pada dirinya. Terserah Sekar hanya menganggap itu adalah sebuah mimpi, tapi peristiwa itu benar-benar nyata, apa boleh buat bagi Sekar.
Peristiwa yang mengejutkan itu sudah dua bulan berlalu, kini Joel kembali menjemput Sekar dan membawanya pergi. Bisa dijadwalkan, bahkan Sekar dan Naning sangat hafal kapan Joel akan datang dan kapan Joel membawa Sekar pergi.
Setiap hari Sabtu sore sekitar pukul empat, Joel pasti datang dan membawa Sekar pergi ke pesisir pantai Lombok Timur, dan singgah di salah satu wakrung tenda di sana. Mungkin itu menjadi tempat favoritnya.
***
Malam akhir pekan itu, Sekar menangis terisak menceritakan tentang sikap bapaknya yang masih sama seperti dulu. Sekar sampai saat ini masih belum bisa memahami apa salahnya, Sekar tidak tahu apa-apa soal perkara itu.
“Aku hanya minta kasih sayang orang tua.” Dengan isak tangisnya Sekar berkata, sementara Joel hanya diam mendengarkan, sambil menggegam jemari-jemari tangan Sekar, “Dari kecil sampai sekarang, aku belum pernah merasakan kasih sayang dari bapak dan ibuku. Yang ada hanya kebencian, kebohongan, dan dendam.”
“Tapi walaupun itu, mereka orang tuamu, Kar. Karena mereka kamu dapat dilahirkan.”
“Untuk apa aku dilahirkan, Joel? Untuk apa?”
“Sabar, Kar. Kamu harus terima kenyataan ini, tidak semua kehidupan berjalan indah, dan kamu satu-satunya perempuan yang bisa menghadapinya. Kamu adalah perempuan hebat yang pernah aku temui.”
Sekar terisak dengan air mata terus mengalir, beberapa kali ia menggelengkan kepala seakan tidak terima ia diberikan jalan kehidupan seburuk itu. Joel pun langsung mendekap Sekar, memberi ketenangan untuknya.
***
Langkah Sekar cepat setelah turun dari angkot, ia ingin segera masuk ke rumahnya. Jalannya sedikit berlari, dan parasnya dibasahi oleh air mata yang terus mengalir. Sekar marah sekali terhadap perkataan bapak yang tak pantas baginya.
Ketika sampai di rumah, dari teras Sekar melihat mobil yang tidak asing terparkir di teras rumah. Sekar masih memandangi mobil itu, lalu menendang bodi mobil dan melangkah cepat masuk ke rumah. Sekar langsung melihat Naning duduk bersama seorang wanita di sana.