Rumah Tak Berpintu

imajihari
Chapter #4

Bab 4

Tuuuut..... tuuuut... tuuut... dering telepon itu satu satunya suara yang terdengar dikamar Saga. Adit tidak lanjut bermain game, ia mendekat kearah Saga dan duduk dihadapannya. Saga dan Adit fokus menatap HP yang sedang berdering memanggil Yasya.

"Halo! Ini siapa?" tanya seseorang diseberang telepon.

"Nah! Buaruan jawab! Jawab!!" perintah Adit heboh dengan suara pelan.

"Sya. Ini Saga," Saga menelan ludah setelah ucapan itu keluar.

"Lo... lo tahu dari mana nomor gue?!"

"Itu gak penting."

"Semua yang gue lakukan sama lo selama ini gak penting! Udah lah. Gak guna juga ngomong sama lo!!"

"Tanya sama dia. Mau gak makan bareng!" bisik Adit pelan dengan jari telunjuk yang terarah pada HP yang sedang dipegang Saga.

"Sya. Bentar!"

"Apa? Mau apa? Cepetan ah!! Gue mau ganti nomor abis ini."

"Lo mau gak... makan.... bareng!"

Aduhk... Saga menepuk jidat usai ucapan itu keluar. Dari seberang telepon belum juga ada jawaban. Hanya ada kesunyian sebelum akhirnya Yasya menjawab.

"Gak."

Tuuut ... tuuut ... tuuut .... telepon ditutup secara sepihak oleh Yasya. Saga Sudah menduga hal itu bahkan sebelum panggilan itu dimulai.

"Tuh kan Dit, kata gue juga apa!" tukas Saga sambil melempar HP nya kekasur. Adit hanya fokus memakan cemilan. Ia tidak memedulikan Saga yang ajakannya ditolak.

"Nah. Kan masalah lo udah kelar. Sekarang giliran gue. Gue juga butuh saran dari lo. Gimana caranya supaya gue bisa balikan?!" tanya Adit dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah.

"Yeee kembang tahu! Masalah gue belum kelar, lo udah nambah beban pikiran dengan ngasih masalah lo! Tapi gue mau kasih tahu satu hal. Kalau lo mau balikan, yang harus lo lakukan pertama kali itu baikan. Coba minta maaf dulu sama dia dan akui semua kesalahan lo."

"Nomor dia gak bisa...."

"Ngomong langsung! Jangan banyak alesan!"

"Dia gak mau ketemu...."

"Gue bantuin!"

"Oke. Siap. Nih gue kasih cemilan sebagai rasa terima kasih!" ucap Adit sambil memberikan cemilan dan bersiap untuk pergi karena ia hendak ke kampus.

"Serah!!"

Masalah dua orang itu begitu pelik. Yang satu ingin menghapus rasa benci dari seorang perempuan yang sepertinya keturunan seorang panglima perang. Dan yang satu lagi ingin kembali pada seseorang yang enggan untuk diajak kompromi.

Saga menatap layar ponsel. Disana masih terdapat nomor seorang perempuan yang benar-benar ingin ia cari tahu kehidupannya. Entah bagaimana ia bisa sepenasaran ini pada kehidupan Yasya. Mungkin semesta yang sudah menuntunnya. Mungkin ramalan itu benar adanya. Mungkin Yasya memang tercipta untuknya. Puluhan kemungkinan sepertinya akan terus beunculan selama Saga belum sampai diakhir cerita.

Sya, kalau pun gue bukan jodoh lo. Gue cuma mau kita jadi dua manusia yang saling bersikap baik. Gue mau tahu setiap masalah lo. Gue mau bantuin lo dari kesulitan. Biarkan gue masuk kedalam dunia lo yang mungkin cukup pelik. Dan gue mau minta maaf atas semua hal yang pernah terjadi dimasa lalu, Sya. Tolong...

Hati Saga sepertinya melunak. Ia berpikir bahwa Yasya sedang sangat kesulitan. Mungkin saja Yasya membutuhkan bantuannya. Tapi sebelum itu, ia harus tahu apa yang sedang Yasya hadapi.

***

Saga turun di halte perhentiannya setelah bus membawanya pergi selama beberapa menit. Ia berjalan menuju kampus. Karena waktu kelasnya masih lama, ia kekantin terlebih dahulu untuk membeli makanan. Setelah membeli roti dan minuman, ia berjalan kesatu meja. Baru juga ia bersiap untuk duduk, sebuah kertas diatas meja mencuri perhatiannya. Kertas yang sepertinya sudah terlipat cukup lama.

Saga mengambil kertas itu dan berniat membuangnya. Tapi karena penasaran dengan isinya, ia membuka kertas itu dan hendak melihat apa yang ada didalamnya.

Dibalik senyum manisanya ada luka yang besar terbuka.

Dibalik rasa pasrahnya ada sesuatu yang sangat ia pinta.

Dia. Manusia kuat yang paling pandai berpura pura.

Yang menyimpan sakit dan bersembunyi dibalik kebohongan rasa bahagia.

Lihat selengkapnya