Yasya melepaskan pelukan Saga. Tapi ia masih menangis terisak. Rasa sesak ketika melihat ibunya berubah drastis masih menumpuk dalam dadanya.
"Hey... udah..." ucap Saga sambil mengusap air mata yang membasahi pipi Yasya dengan jemarinya.
Yasya berjalan pelan kearah jendela. Ia menatap ibunya yang sedang terlelap. Yasya terisak dengan air yang tak bisa berhenti mengalir dan tak bisa berhenti ia usap.
Saga berdiri mendekati Yasya. Ia mencoba mengajak Yasya pulang agar ia tidak terus meluapkan kesedihannya disini.
"Sya. Udah ya... kita pulang," Saga membujuk Yasya dan memegang pundaknya.
Yasya tidak berkata sepatah kata pun. Ia berjalan pelan keluar dari rumah sakit. Saga mengejarnya dan berjalan disebelahnya. Sesekali Saga melirik Yasya. Setelah Yasya menatapnya, Saga langsung mengalihkan pandangannya.
"Sya habis ini kamu mau pergi kemana? Aku ikut!" tanya Saga saat mereka berdua berjalan menuju halte.
"Ih apaan sih lo? Pake ngomong aku kamu segala. Biasanya juga lo gue."
"Eh iya ya. Gak tahu sih. Pengen aja. Gak apa apa kan?"
"Lo gue aja kayak biasanya. Apaan aku kamu aku kamu?!"
"Kan biar kesannya aku bersikap baik sama kamu, Sya."
"Lo gak perlu bersikap baik sama gue. Tuhan juga gak pernah memperlakukan gue dengan baik."
"Hus! Kan udah aku bilang...."
"Stop ngomong aku kamu atau gue pukul!"
"Apa salahnya sih?!"
"Ya gue gak suka..."
"Oke kali ini aku..."
Yasya langsung mengepalkan tangannya dan menatap sinis ketika mendengar saga mengucapkan kata 'aku'.
"Iya. Kali ini gue akan bilang 'gue elo'," ujar Saga dengan wajah cemberut.
"Kenapa sih sikap malaikatnya hilang? Keluar dari rumah sakit malah balik lagi kayak knalpot RX king," bisik Saga pelan tapi Yasya masih dapat mendengarnya.
"Apa lo bilang?!"
"Enggak," jawab Saga yang langsung menatap lurus kedepan dan fokus berjalan.
Ya Tuhan, Kenapa sih dia gak terlempar aja ke bulan? Atau disedot masuk kedalam kerak bumi? Biar gak banyak ganggu! Tolong jangan tambah bebanku dengan menghadirkan tokoh bernama Saga dalam kehidupanku. Batin Yasya.
***
Kali ini Yasya pergi ke kafe untuk bekerja. Tapi tetap, Saga mengikutinya mulai dari naik bus sampai ia masuk kedalam kafe. Yasya sudah mencoba sebisa mungkin agar Saga mau pergi dan tidak mengikutinya. Tapi sia sia, Saga tidak peduli. Ia tetap saja mengikuti Yasya hingga Yasya tak tahu lagi harus berbuat apa untuk membuat Saga pergi.
Saat Yasya sedang sibuk bekerja, Saga memesan sebuah minuman. Sehabis itu ia hanya duduk, minum, dan memotret. Hanya itu. Sampai ia bosan, bosan dan terlelap diatas meja. Aneh, meminum kopi bukan membuatnya terjaga tapi malah membuatnya tertidur.
Yasya yang melihatnya tertidur langsung mendekatinya. Sebenarnya ia tidak tega jika harus membangunkan Saga. Tapi ini kafe, tempat banyak orang berdatangan. Tidak mungkin kan jika ada orang lain yang mau minum disini harus diminta pergi hanya karena ada seseorang yang tidur?
"Ga... woy! Bangun!!"
Saga terbangun dari tidurnya dan langsung menatap Yasya.
"Gimana? Udah siap buat pergi?" tanya Saga yang topiknya masih itu itu saja.
Yasya hanya menggelengkan kepala sambil menutup mata, "kalau lo mau tidur. Dirumah! Ini kafe, tempat orang orang ngopi, makan, bukan tempat tidur!"
"Oh lo belum selesai? Yaudah. Gue pesen kopi satu. Apa aja. Yang penting gue bisa tetep diem disini!" ucap Saga yang dilanjutkan dengan menguap.
"Hadeeh.... lo aneh sumpah!"
Yasya berjalan untuk memesan sebuah kopi. Setelah pesanannya siap, ia mengantarkannya ke meja Saga. Baru ditinggalkan beberapa menit saja, Saga sudah terlelap kembali. Kali ini Yasya tidak membangunkannya. Ia duduk dihadapannya. Lalu menyandarkan kepala diatas lipatan tangannya dan pandangannya fokus kearah laki laki yang juga sedang melakukan hal yang sama, bedanya, Saga terlelap.
"Ga... lo cape ya? Kenapa sih lo pake bantuin ngepel rumah gue segala? Kenapa sih lo pake ngikutin gue ke RS segala? Kenapa sih lo pake nungguin gue cuma buat pergi seharian sama gue? Lo gak mau nyerah aja gitu? Pergi jalan jalan ke padang mahsyar gitu? Gue bingung mikirin cara agar lo pergi dari hidup gue, atau kalau bisa dari alam semesta!"
Yasya berlalu pergi kebelakang. Meninggalkan Saga yang tetap terlelap dengan segelas kopi yang ia pesan hanya agar ia bisa tetap diam di kafe.
Beberapa menit kemudian, Yasya kembali ke meja Saga. Kali ini ia membangunkannya.
"Ga... Saga! Bangun!" panggil Yasya sambil mengguncang tubuhnya.
"Eh Sya, udah selesai?"
"Belum."