RUMAH TANPA RUANG

Lia Seplia
Chapter #1

01: Desember ke Juli

Julie (7 tahun):

Ini hari pertama di bulan Juli 2024. Aku belum pernah mendengar puisi atau lagu tentang bulan Juli. Tetapi, aku pernah mendengar puisi bulan Juni dan lagu tentang Desember. Seperti ini bunyinya: Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni ... I go back to December all the time. Gara-gara itu, aku tidak suka bulan Juni dan Desember. Aku hanya menyukai bulan Juli karena namaku Julie. Bunyinya sangat mirip, tapi ada tambahan huruf e di akhir namaku.

Bulan Juli perlu juga dibuatkan lagu dan puisi biar keren. Penampilanku sangat keren hari ini. Kaus berompi warna langit. Rok tutu warna laut. Sepatu bertali warna hitam. Bando kelinci warna putih. Mami Wina yang membelikan semua itu untukku. Dia bukan mamaku, tapi seperti mamaku. Aku memakai pakaian tersebut di persidangan kematian mamaku. Papaku yang membunuh mamaku. Abangku saksinya. Sidangnya lama banget. Pokoknya sesampai di rumah nanti, aku harus bikin lagu tentang bulan Juli biar keren.

Lagi-lagi aku meracau.

Abangku Jimmy, lima tahun lebih besar dariku, pernah bilang begini: “Wajar jika anak-anak meracau. Itu normal kok. Jadi, santai saja.” Begitu katanya. Jadi aku pun santai saja. Umurku enam tahun + sebelas bulan + delapan hari. Kata Jimmy, genapkan saja menjadi tujuh tahun. Aku sih setuju-setuju saja. Dia lahir lebih dulu dari aku, makanya dia menjadi abang. Kalau dia perempuan, dia disebut kakak. Jimmy laki-laki. Jadilah dia abang, bukan kakak. Kata Jimmy, saat kita berbicara secara acak, membahas sesuatu yang tidak berhubungan, maka disebut meracau. Katanya lagi, anak-anak memang suka meracau karena otak anak-anak masih pelupa. Sama seperti nenek-nenek dan kakek-kakek yang mulai pikun.

Jadi, aku ulangi biar tidak lupa dan pikun:

Ini hari pertama di bulan Juli 2024. Aku belum pernah mendengar puisi atau lagu tentang nama-nama bulan, kecuali Juni dan Desember. Seperti ini bunyinya: Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni ... I go back to December all the time. Aku pikir bulan Juli perlu juga dibuatkan lagu dan puisi biar keren. Penampilanku keren hari ini. Aku sedang mengikuti persidangan kematian mamaku. Ini memang tentang mamaku. Orang-orang membahas mamaku. Hanya saja mamaku tidak hadir di persidangan. Mamaku sudah menjadi mayat. Mayat tidak bisa bicara sehingga tidak perlu ikut sidang.

Omong-omong, aku tahu arti sidang berkat kamus digital robot pintar. Aku punya robot keong bernama Rosie. Ukurannya sebesar dua jariku. Warnanya ungu. Imut banget. Mami Wina menghadiahkan Rosie padaku saat ulang tahunku yang keenam. Aku memencet kepala keong dan lampu cangkangnya menyala. Aku bertanya, begini: Rosie, apa itu sidang. Rosie membalas dengan suara mirip kakak-kakak yang bicara lewat mik stasiun kereta api: Sidang adalah pertemuan atau rapat untuk membicarakan sesuatu dengan anggota lebih dari satu orang. Rosie benar. Ada banyak orang bersamaku, lebih dari satu, dan mereka membicarakan mamaku.

Aku juga bertanya pada Rosie tentang arti mayat. Dia menjawab begini: Mayat adalah badan atau tubuh orang yang sudah mati. Disebut juga jenazah.

Lalu, karena aku masih bingung, aku tanya lagi. Rosie apa orang mati masih bisa hidup lagi? Rosie membalas, orang yang sudah mati tidak dapat hidup kembali. Aku agak sedih mendengar jawaban Rosie. Berarti mama dan aku tidak akan bersama lagi.

Aku terus mengajukan sesuatu yang tidak aku mengerti kepada Rosie. Rosie bisa menjawab semuanya kecuali satu saja, benarkah papaku membunuh mamaku. Rosie sepertinya bingung karena dia malah memintaku bertanya dengan lebih jelas lagi. Aku sampai bosan mengulang pertanyaan yang sama, jadi aku putuskan percaya pada Jimmy saja. Abangku itu pintar. Dialah yang membantu detektif menemukan mayat mamaku. Jika abangku bilang papaku membunuh mamaku, berarti benar. Aku sangat mempercayai Jimmy. Jimmy tidak pernah berbohong padaku. Kalau pada orang lain sih aku tidak tahu. Aku putuskan percaya pada Jimmy selain Rosie. Keduanya berbeda. Umur Jimmy sebanyak sebelas tahun, ditambah sebelas bulan, ditambah empat hari. Umur Rosie belum cukup satu tahun. Satu tahun punya 365 hari. Kadang-kadang bertambah satu hari. Aku meracau lagi.

Jadi hari ini, abangku Jimmy bersaksi di persidangan bahwa papa kami telah membunuh mama kami pada 11 Juni 2024 pukul 03:18 malam.

Argh! Aku semakin membenci bulan Juni. Selain sok spesial karena punya puisi dan lagu, di bulan Juni yang tampak keren itu, mamaku terbunuh.

 

***

 

Setiap kali aku mendengar lagu yang ada lirik desembernya, aku menjadi teringat hari raya natal. Natal dirayakan di bulan Desember. Pada tahun 2023, aku tidak merayakan natal karena mama dan papa sibuk bertengkar. Untung saja masih ada Mami Wina dan Papi Daniel yang merayakan natal. Mereka tinggal di seberang rumahku. Aku ingin ke sana, tetapi Mama dan Papa sedang bertengkar di ruang tamu. Aku mengintip mereka dari balik pintu kamar dengan gelisah. Aku menjadi takut menampakkan diri. Aku terlalu cemas melintasi mereka.

Aku memperhatikan Mama dan Papa bertengkar. Seperti ini kira-kira:

Mama menjerit sambil berkata, “Kamu bilang membeli rumah! Rumah! Malah tanah yang kamu beli! Kecil pula! Butuh enam tahun menabung uang sebanyak itu!”

Papa balas berteriak, “Kamu pikir rumah dibangun di mana? Di atas langit? Tentu saja kita harus beli tanah sebelum membangun rumah!” kata Papa. “Kecil katamu? Tanah mahal. Mahaaal! Itu pun sudah dibantu Daniel biar kita bisa dapat tanah di kota. Berhenti mengeluh!”

“Enam bulan lagi Jimmy masuk SMP!” Air mata Mama menetes ke pipi. “Dia sudah remaja! Dia butuh kamar sendiri! Dia tidak bisa lagi sekamar dengan Julie. Kamar tidur di rumah ini cuma dua!”

“Aku tahu, tapi—”

“Rumah kubilang! Rumah!” Mama memotong ucapan Papa. “Rumah dengan tiga kamar tidur! Beli itu! Kamu malah beli tanah saja.”

“Uang kita tidak cukup membeli rumah dengan tanah-tanahnya, Orin,” kata Papa, suaranya perlahan mengecil. “Ada apa sih dengan otakmu?”

“Temanku bisa!” Mama menjawab lagi. “Langsung dapat kunci.”

“Astaga...” Papa menepuk keningnya sendiri. “Coba tanya ke temanmu itu. Sertifikat apa yang dia dapat? Beli lunas atau kredit? Lewat bank atau tidak? Aku yakin temanmu itu akan mendapat masalah di kemudian hari. Banyak penipuan tanah dan rumah saat ini. Daniel yang bilang begitu. Dia pengacara! Dia lebih banyak tahu daripada kita. Aku sudah berunding dengan Daniel. Dia malah menyarankan agar kita beli tanah saja dulu, setelah itu kita bangun rumah sedikit-sedikit.”

Lihat selengkapnya