Rumah Teteh

Mizan Publishing
Chapter #3

DUA

Hujan angin disertai petir menemaniku saat mengemasi barang-barang di indekos lama. Waktu itu memang sedang pertengahan musim penghujan. Sebenarnya, aku berat meninggalkan indekos di Ciumbuleuit ini setelah tiga tahun lebih menempatinya. Ibu dan Bapak pemilik indekos sangat baik kepadaku. Walaupun, terhitung keluarga jauh, mereka menganggapku seperti anak sendiri. Keinginan mencari suasana baru, juga untuk tinggal satu rumah dengan teman-teman, aku membulatkan tekad untuk pindah ke tempat baru. Setelah semua barangku tertata rapi, aku pun pamit menuju tempat baru. Tempat dua tahun ke depan akan terjadi banyak kisah yang akan kuingat seumur hidup.

***

Aku sampai di rumah indekos yang baru untuk kali kedua menginjakkan kaki di sana. Rumah besar bercat putih dengan bangunan bergaya arsitektur 1980-an yang bagus dan rapi dengan halaman luas dan bersih.

Aku mengetuk pintu dan tidak lama ada yang membukanya. Dari balik pintu, muncul seorang perempuan dengan senyum mengembang di wajahnya.

“Halo, aku salah seorang penghuni kamar kos di rumah ini.” Sapaku.

“Hai, aku Sisi, anak Ibu Lusi.” Perempuan itu mengulurkan tangan kepadaku.

“Aku Brii, temanku sudah ada yang datang?” Jawabku dengan senyuman, membalas uluran tangannya, dan menyambut sapaan sekadarnya.

Lihat selengkapnya