RUMAH UNTUK BAPAK

SISWANTI PUTRI
Chapter #21

21

"Lili pulang dulu ya Bubu." Ina tersenyum tipis mendengar ucapan itu. Tangannya terjulur mengelus pucuk kepala Lili beberapa kali sebelum beralih mencubit pipi gembulnya dengan pelan.

"Iya cantik."

"Lili pasti merepotkan, saya minta maaf." Dokter Rendi kembali menghela nafas pelan, menatap Lili dalam gendongannya yang masih tak mengalihkan pandangan dari wajah Ina yang menatap ramah.

"Gak apa-apa, Dok." Senyum tipis perlahan tertarik dari bibir Ina, bola mata hitamnya pun masih setia menatap wajah Lili yang terlihat manis. Membuat candu dengan bentuk yang menggemaskan.

"Kalau begitu saya pamit dulu. Ayo, Sus."

"Iya, Pak."

"Dadah Bubu." Lili melambaikan tangan, tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. Bahkan saat punggung mereka mengecil Lili masih terus menatap ke arah belakang, melambaikan tangan tak henti-hentinya sampai ketiganya benar-benar menghilang dari penglihatan.

"Lili lucu ya," puji Santoso, menatap putrinya yang masih terlihat tak mengalihkan pandangan. "Ya sudah, Nak. Ayo masuk ini udah magrib." Setelah ini Santoso akan memikirkan ke mana mereka akan tinggal. Dia tak mau berlama-lama di kampung ini, apalagi mengetahui sifat ketua RT terkesan semena-mena. Dia memang berencana ingin membawa kedua anaknya ke kota, tapi biaya kontrakan pasti cukup mahal di sana. Santoso akan kembali memikirkan nanti setelah Prita memberikan uang penjualan rumah. Lagipula Ari juga harus menyelesaikan sekolah di sini.

"Kak, ayo makan, aku udah lapar," ajak Ari, tangannya sudah menggapai lengan kakaknya untuk ditarik masuk ke dalam rumah. Berjalan beriringan hingga mereka sampai di tempat makan.

Ina tersenyum tipis. "Tadi kan Kakak udah bilang kamu bisa makan duluan, tapi katanya mau makan sama-sama. Perutnya jadi lapar kan?" Hampir saja dia melupakan untuk mengurus satu anak lagi. Lili sudah pergi, sekarang Ina terpusat pada adiknya yang sudah remaja namun kadang merengek layaknya anak kecil.

"Gak enak makan sendirian, Kak."

"Terus gimana nantinya kalau kamu lanjutin sekolah di kota? Kamu pasti makan sendirian." Ina menggeleng pelan melihat kemanjaan adiknya ini. Benar-benar seperti balita, kontras dengan tubuhnya yang tak kecil lagi.

"Kakak ikut ke kota, bukan cuma aku aja. Kalau aku udah lulus SMP kita akan tinggal di kota. Sekalian aku cari kerja sampingan di sana. Rencananya aku mau masuk SMA Cendana. Yang aku dengar di sekolah itu anak yang lulus dengan nilai tertinggi akan langsung ditawari masuk ke universitas ternama. Jadi aku mau nargetin ke sekolah itu setelah lulus SMP ini." Ari memang selalu memanfaatkan peluang mendapat beasiswa. Dengan begitu, kakaknya tak perlu memikirkan lebih banyak biaya untuk sekolahnya.

"Apapun pilihan kamu Kakak dukung." Ina akan selalu mendoakan kesuksesan adiknya. Mendukung setiap langkah yang diambil, agar nantinya Ari punya semangat lebih banyak karena memiliki dorongan dari belakang yang selalu menunggu kesuksesannya. Semoga Tuhan tak memberi mereka musibah lagi di masa depan, sudah cukup penderitaan selama ini yang mereka lewati.

Santoso masih setia melihat interaksi kedua anaknya. Ulangan penaikan kelas tinggal sebentar lagi, setelah itu Ari akan kelas 3 SMP. Sebelum Ari lulus dia harus bisa mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di kota.

"Makan malam ini kita masih bisa makan enak, ada ayam goreng. Tapi untuk sarapan paginya cuma ada nasi putih. Tapi aku usahain untuk makan siang akan beli lauk," celetuk Ina, seraya menatap ke arah bapak yang terlihat melamun, kemudian kembali menatap ke arah adiknya.

"Gak apa-apa, Kak."

"Iya, Nak. Gak apa-apa. Ada beras aja kita harus bersyukur. Setidaknya kita masih bisa makan." Di luaran sana masih banyak orang yang harus menahan lapar dengan cara meminum air putih yang banyak. Mengorek sampah untuk mencari sisa makanan. Apa yang mereka jalani saat ini setidaknya jauh lebih baik dari orang yang jauh lebih membutuhkan di luaran sana. Walaupun hidup mereka juga terkesan penuh kekurangan dan kadang harus berbagi nasi. Tapi itu bukan masalah, mereka pasti bisa melewatinya.

***

Lihat selengkapnya