Rumah untuk Dinda

Reza Lestari
Chapter #6

Pertemuan kedua

Sore ini Dinda berada di rumah Regi, ia datang karena Ayanna mengundangnya untuk ikut berkumpul di sana bersama sahabat-sahabat Regi. Yang membuat Dinda datang karena ada Zivan juga di sana. Semenjak tahu jika Dinda menyukai Zivan sejak pertama kali bertemu, saat itu juga Ayanna mau membantunya untuk dekat dengan lelaki itu. Ibu bosnya memang sangat baik sekali padanya.

Dan, sekarang mereka semua tengah main ToD di ruang tamu. Selain mereka, ada juga tiga anak kecil. Yaitu, Altar anak Regi dan Ayanna. Aluna, teman Altar. Lalu, Alexan yang ia ketahui anak Azka dan Adzwa. Ketiga anak itu tengah melihat ikan piaraan di ruang tamu yang berjarak lima meter saja dari orang-orang dewasa bermain ToD.

Dinda mengenali semua sahabat-sahabat Regi, karena mereka sering datang ke kantor. Pengecualian untuk Zivan, ia baru mengetahuinya saat itu. Karena sebelumnya Zivan tidak pernah datang ke kantor Regi.

Kali ini bagian sahabat Regi yang bernama Aldi, yang memutar botolnya. Hingga ujung botol itu berhenti mengarah pada seorang gadis yang duduk di samping kirinya Sandy.

“Kena juga kamu, sayang. Truth or Dare?” tanya Sandy dengan semangat pada gadis yang ternyata adalah tunangannya.

“Truth!” jawab tunangannya yang bernama Arselya itu.

“Lho, kok, malah pilih truth, sih? Pilih dare aja, sayang,” protes Sandy maksa.

“Terserah aku dong, aku maunya truth bukan dare,” ujar Arselya.

“Iya, ribet amat lo, San. Lagian, yang mau kasih truth atau dare-nya, kan, gue. Bukan lo,” ujar Aldi, membuat Sandy berdecak.

Dinda terkekeh melihat mereka, para sahabat Regi memang seru. Semuanya suka bercanda, kecuali Regi dan Zivan. Ia merasa kedua lelaki itu paling dingin di antara yang lain.

“Ya, udah, gue harus jujur apa, nih?” tanya Arselya pada Aldi.

“Gini, lo, kan, mantan Sandy waktu SMP. Sekarang, jawab dengan jujur kenapa lo mau balikan lagi sama Sandy, dan mau nikah sama dia?” tanya Aldi.

“Jadi, mereka pernah putus? Wah, bisa gitu, ya. Nikah sama mantan,” batin Dinda, ia kalau sudah jadi mantan tidak mau balikan. Lalu, kenapa mereka mau? Sampai mau nikah segala lagi.

“Karena Selya gagal move on dari gue. Dan, masih sayang sama gue!” seru Sandy dengan percaya dirinya.

“Pede amat lo, somplak!” cibir Aldi sambil melempar kulit kacang pada Sandy.

“Yeeeuu ... Emang bener, kok. Iya, kan, sayang?” tanya Sandy yang langsung dibalas dengan gelengan Arselya. Detik itu juga mereka menertawakan Sandy. “Kamu, kok, gitu, sih?” tanyanya yang membuat Arselya mengangkat kedua bahunya tak acuh.

“Gue jawab dengan jujur, ya, waktu itu kita putus karena gue pindah ke Palembang. Gue SMA di sana, dan gue nggak bisa LDR-an jadinya gue memilih putus. Setelah putus dari Sandy, gue pernah pacaran 2 kali selama SMA. Cuma selama pacaran sama mereka, nggak ada satu pun dari mereka yang berhasil membuat gue lupain tentang Sandy,” jelas gadis bernama Arselya itu, membuat Sandy senyum-senyum sendiri.

“Yahh ... jujur gue emang gagal move on, dari cowok aneh satu ini. Setelah lulus SMA, gue kembali ke Jakarta dan kuliah di sini. Tanpa sengaja gue ketemu Sandy lagi waktu di rumah sakit, awalnya gue nggak nyangka kalau ternyata selama ini dia nungguin gue sampai nggak pacaran lagi setelah putus dari gue. Yaaa ... Gue akui Sandy itu cowok setia. Dan, gue mau menerima dia lagi karena gue emang nggak bisa berhenti buat cinta sama, Sandy. Cowok aneh satu ini, udah memenuhi hati dan pikiran gue,” lanjut Arselya panjang lebar, membuat senyum Sandy semakin mengembang mendengarnya dan langsung merangkul Arselya.

“Kita nikahnya sekarang aja, yuk, sayang. Nunggu 1 bulan 2 minggu lagi, rasanya lama,” ajak Sandy yang langsung mendapat cubitan di perutnya dari Arselya.

“Ya Allah, Dinda mau nikah juga. Mantan gue ada yang gagal move on nggak, ya? Nggak ada yang rencana mau nikahin gue apa? Tapi, gue gagal move on sama mantan yang mana, ya? Cuma sama Sam gue gagal move on.” Dinda kembali membatin, ia masih tak percaya jika ada yang mau menikah dengan mantan sendiri. Apalagi, setelah mendengar cerita dari Arselya. Mungkin mereka memang jodoh, setelah berpisah lama saja masih di pertemuan lagi.

“Enak aja, kan, kita udah sepakat nikahnya tanggal 28 September nanti,” balas Arselya.

“Ngebet banget lo, San. Gue aja masih santai gini,” ujar Zivan, membuat Dinda langsung mengalihkan pandangan ke arahnya. Ia bingung, kenapa tiba-tiba jadi suka pada Zivan. Entahlah, hanya karena melihat kedua mata Zivan, ia merasa sedang dekat dengan seseorang. Dan, karena menatap mata itu, Dinda tiba-tiba merasa nyaman.

“Karena lo masih jomblo, Bang. Makanya santai, coba kalau lo udah punya tunangan. Pasti lo juga mau cepet-cepet nikahin dia,” balas Sandy yang membuat Zivan mendengus kesal mendengarnya. Sedangkan, Dinda tersenyum dalam diamnya.

“Udah, mendingan kita lanjutin permainannya. Sekarang giliran Ayanna yang putar botolnya,” ucap Azka, yang langsung diangguki Ayanna.

Ayanna pun memutar botolnya hingga botol itu berputar, dan saat botol itu berhenti ujung botolnya mengarah pada Dinda.

“Waduh, bagian gue,” batinnya.

“Dinda ... pilih Truth or Dare?” tanya Ayanna.

“Saya pil––” ucapan Dinda terhenti, saat tiba-tiba ada suara bel rumah berbunyi.

“Ada tamu lagi kayaknya,” kata Ayanna sambil hendak bangkit berdiri, namun segera ditahan oleh Regi.

“Biar aku aja yang buka pintunya. Kamu di sini aja,” ujar Regi yang dibalas dengan anggukan Ayanna.

Regi pun bangkit dari duduknya, lalu berjalan menuju pintu utama untuk membuka pintu. Sedangkan, mereka memilih untuk melanjutkan permainan ToD-nya.

Lihat selengkapnya