Aku menoleh bingung pada Ed yang ada di sampingku, meminta pertolongan atas situasi tidak terduga ini. Tapi, Ed malah tersenyum dan meletakkan telunjuk di bibirnya, menyuruhku diam dan mengikuti permainan. Bahkan anak-anak yang sebelumnya bermain dengan Chandra pun menginginkannya. Mereka berceloteh riuh dan bertepuk tangan.
“Ayo, Kak Chan, coba tebak!”
“Tebak, tebak!”
“Kalau Kak Chan bener, nanti aku kasih mainanku!”
“Ah, nggak mau. Mainanmu jelek! Punyaku lebih bagus!” cibir Chandra sambil terus meraba pipi, hidung, kemudian seluruh wajahku.
“Taruhan deh, Kak Chan nggak bakal bisa nebak!”
“Eits, anak kecil nggak boleh taruhan!”
Di tengah-tengah kebingungannya, Chandra masih meladeni ejekan anak-anak yang kegirangan. Ekspresi bingungnya tampak lucu dengan dahi berkerut tajam hingga sepasang alis di atas kain penutup mata itu nyaris bertaut. Bibirnya juga terus bergumam, berusaha menebak siapa gerangan yang ada di depannya.
“Ini siapa sih? Kayaknya nggak ada anak-anak yang tingginya segini deh?” Chandra menelengkan kepalanya seakan melakukan hal itu bisa membuat otaknya lebih encer. “Nita? Titin? Ed? Indra? Ah, nggak mungkin pipi Indra mulus begini.”
Hampir saja aku kelepasan tertawa kalau Chandra tidak menarik pipiku ke samping. Sebagai gantinya, aku mengaduh kesakitan, “Aduuuh duh! Sakit!”
Chandra buru-buru melepas tangannya dariku dan membuka penutup matanya. Seketika dia terbelalak kaget dan melongo. “Mima?!”
Aku tersenyum sambil meringis kesakitan dan mengusap pipi, sementara Chandra tampak kaget sekali.
“Kok kamu bisa ada di sini? Sori, Mima. Aku nggak tahu. Kamu nggak apa-apa? Pipimu jadi merah ….” Chandra hendak menyentuh pipiku lagi, tapi urung. Wajahnya yang lucu kian memerah.
“Yaaa lumayan sakit sih. Kamu nyubitnya semangat banget,” ujarku sambil menahan tawa. Aku tidak tega menyalahkannya. Kalau ada yang perlu disalahkan, mungkin orang itu adalah …
“Ed!” seru Chandra setelah menyadari Ed sedang tertawa puas di sampingku. “Ini pasti ulahmu!”
“Lucu sih soalnya.” Ed masih tergelak.
Chandra langsung menghampiri Ed seperti hendak memukul, tapi anak-anak segera menghentikannya.
“Yeee … Kak Chan kalah!”
“Kak Chan nggak boleh pukul Kak Ed dong!”