Aku perhatikan, gerak-gerik Ed dan Indra aneh. Raut wajah mereka tidak menunjukkan perbincangan ringan yang menyenangkan. Mereka justru tampak sedang bertengkar hebat karena gerakan-gerakan tangan Indra yang tidak beraturan, teracung ke sana ke mari dan secara tidak sengaja menunjuk diriku. Aku yang saat itu sedang bersembunyi di balik batang pohon tinggi jadi panik.
Apa dia melihatku?
Batang pohon ini tidak terlalu lebar. Jelas tidak bisa menutupi seluruh badanku, jadi mungkin saja aku ketahuan. Aku pun pasrah dan hendak menunjukkan diri, tapi kemudian urung.
“Dia nggak boleh di sini, Ed!”
Mendengar nada suara Indra yang menyiratkan kecemasan dan ekspresi frustrasinya, aku jadi heran. Masih mengintip dari balik batang pohon, aku menajamkan indra pendengaranku.
“Ini nggak bener, Ed! Kamu tahu itu! Kamu nggak bisa bikin orang-orang di sini dalam bahaya karena dia!” Indra berputar-putar di tempat dengan gusar sambil berkacang pinggang. Kemudian satu tangannya menggaruk kepalanya dengan kasar sehingga rambut gondrongnya semakin berantakan.
Kenapa nggak dikuncir aja sih biar rapi dan kelihatan bersih gitu? Komentarku tentang penampilan Indra saat ini memang tidak tepat dan tidak pada tempatnya. Tapi jujur saja, Indra sebenernya cukup keren. Hanya saja kelakuannya sama sekali tidak mendukung. Aku jadi sebal dan kesal. Lalu, apa maksud ucapannya itu? Aku berbahaya? Aku bisa membahayakan orang-orang di sini? Memangnya aku ini penyakit menular? Musuh bersenjata? Yang benar saja!
Aku kembali mengamati Ed dan Indra yang sepertinya belum mencapai kata sepakat.
“Dia bisa mengacaukan keadaan tenang di sini. Dia—"
“Sebentar lagi, Dra. Aku janji sebentar lagi. Kasih sedikit waktu lagi. Sekarang belum waktunya,” sela Ed mencoba bernegosiasi dengan Indra.
Indra seperti kehilangan kata-kata, meskipun dia masih ingin mempertahankan pendapatnya dan melanjutkan perdebatan dengan Ed. Dia hanya menatap Ed lalu menunduk dan menggeleng. Pasrah, satu kata itu yang tersirat dari raut wajahnya.
“Aku cuma mau melindungi orang-orang di sini, Ed. Kamu tahu itu,” kata Indra.