Aku dan Chandra salling bertatapan cukup lama. Mungkin dia sedang berpikir apakah aku layak dipercaya dan mendengar kisahnya. Aku jadi merasa risih dan malu karena sok ikut campur urusan orang lain.
“Sori, aku terlalu ikut campur, ya. Nggak usah cerita, kalau memang nggak mau,” kataku akhirnya. Aku merasa tidak enak sendiri.
Chandra akhirnya mengalihkan matanya dariku. Pandangannya seperti menerawang jauh ke langit penuh bintang. Beberapa kali tarikan napasnya terdengar berat seperti ada beban yang menghimpitnya.
“Yang dibilang Ed bener sih.” Chandra membuka suara setelah mengembuskan napas panjang. “Apa yang nggak bisa aku lakuin ke adikku, ini yang aku lakuin ke mereka.”
Aku melihat arah pandang Chandra ke anak-anak yang sedang melahap makanannya sambil bercanda.
“Dengan harapan, penyesalanku sedikit berkurang,” lanjut Chandra dengan suara yang sedikit bergetar. “Mungkin sudah terlambat, tapi lebih baik daripada nggak lakuin apa-apa, ‘kan?”
“Ah … ya … itu ….” Aku bingung harus menjawab apa karena Chandra seperti berharap pendapatku sama dengannya.
“Apa dia sudah maafin aku, ya? Aku gagal jadi kakak yang baik ….”
“Dia pasti maafin kok!” kataku yakin.
Chandra tersenyum. “Begitu, ya. Dia memang anak yang baik.”
Aku kemudian menyesali ucapan sok tahuku lalu terdiam cukup lama. Sibuk dengan isi kepalaku sendiri karena aku juga gagal jadi adik yang baik. Mau minta maaf pun sudah terlambat. Andai ada jalan atau cara lain untuk menyampaikan permintaan maafku pada Mama, Papa, dan Koko, aku akan melakukannya.
“Oh, kamu kenal lama sama Ed?” Aku memutuskan mengajukan pertanyaan lain daripada pikiranku melantur ke mana-mana.
Chandra mangut-mangut. “Yaaa … kurang lebih begitu. Kenapa?”
“Nggak apa-apa,” jawabku. “Oh, mungkin kamu pernah tahu kenalannya yang katanya takut gelap?” Aku teringat ucapan Ed saat di gudang gelap.
Chandra mengerutkan dahi tampak berpikir.
“Pacarnya? Atau saudaranya?” Aku menebak-nebak. “Mungkin pacarnya, ya? Seumuran kalian pastinya sudah ada pacar, ‘kan? Soalnya dia kayak sayang banget gitu.”
Tiba-tiba Chandra terkikik geli. “Kenapa tanya-tanya? Kamu suka sama Ed?”