Rumah untuk Pulang

Lirin Kartini
Chapter #17

BAB. 17 - KEMBALI

“Ndra?” Aku mencoba memanggil Indra. Tanganku terangkat hendak meraih jari atau pakaian Indra, karena tadi dia berada di dekatku. Tapi, hanya udara kosong yang kugapai. Tidak ada siapa-siapa di sana.

“Indra? Kamu di mana?” panggilku lagi.

Setelah menunggu beberapa saat, aku coba membuka mata dan mempertajam indra pendengaran. Tapi, nihil. Aku tidak bisa melihat atau mendengar apa pun. Bahkan embusan napas Indra pun tidak terdengar.

Apa dia ninggalin aku? Pikiranku mulai panik.

“Indra! Jangan bercanda! Aku tahu kamu benci aku dan nggak suka aku ada di sini! Tapi, sekarang bukan waktunya bercanda kayak gini, Ndra!” jeritku. Air mata mulai menggenang dan tanpa bisa kucegah, ia mengalir deras.

Sialan kamu, Ndra! Memaki Indra di saat seperti ini mungkin bisa menghalau ketakutanku. Tapi ternyata tidak.

Sayup-sayup terdengar suara berisik di luar pintu. Derap langkah yang bergegas juga ucapan-ucapan bernada kasar, memenuhi gendang telingaku. Selintas bayangan Ed dan Chandra muncul.

Apakah mereka gagal menghalangi orang-orang itu? Bagaimana keadaan mereka sekarang? Apakah mereka …. Aku tidak sanggup membayangkannya.

Refleks kututup mata dan telinga rapat-rapat. Berusaha mencegah suara-suara lain masuk, selain suara dari mulutku sendiri. Ya, aku sedang merapal doa dengan penuh harap. Aku berdoa dengan segenap hati. Meminta pertolongan dari Yang Maha Kuasa dan menyampaikan keinginanku satu-satunya saat ini.

AKU INGIN PULANG!

Aku tidak tahu sudah berapa lama tubuhku berada dalam posisi yang sama, meringkuk dengan mata terpejam dan dua tangan menutup telinga. Hanya saja, suara-suara itu sudah menghilang digantikan oleh bunyi sirine yang mengaung-ngaung. Kemudian, sumber suara lain muncul.

“Cari dengan teliti! Saat ini situasi sudah terkendali, tapi bisa saja mereka masih bersembunyi! Hati-hati!”

Suara bergeser dari benda-benda berat, kelotakan batu yang ditendang, lalu derap langkah yang kian jelas, itu yang kudengar sekarang. Aku semakin takut. Perasaanku sudah tidak keruan sehingga tidak berani bergerak. Bahkan untuk bernapas pun aku tidak sanggup.

“Di sini! Ada anak perempuan!” Suara seorang laki-laki membahana disusul keributan yang semakin jelas.

Mereka menemukan aku! Lalu ….

Lihat selengkapnya