Rumah Untuk Pulang

icilluis
Chapter #1

Ingatan Pertama

Hari itu.. langit sudah gelap, namun semakin kelam oleh awan hitam yang sekali - kali menampakkan kilatan cahaya di balik tubuhnya. Hujan pun turun langsung dengan derasnya tanpa memberikan aba - aba sebelumnya. Di sebuah jembatan yang dipayungi oleh awan hitam dan dibasahi oleh hujan, aku berdiri disana. Seluruh tubuhku basah oleh hujan dan wajahku tertunduk menatap sungai di bawahku yang sedang mengalir deras. Tapi.. fikiranku tidak disana. Fikiranku kemana - mana.

"Aku pulang kemana?"

Langit pun bergemuruh seakan menjawab. Aku masih menatap kosong ke arah sungai sambil mengingat masa laluku. Berbagai peristiwa dalam perjalanan hidupku terbayang di dalam fikiranku. Saat bahagia.. saat sedih.. saat sakit.. sampai rasanya mau mati karena saking sesak nafas yang aku rasakan waktu itu. Aku pun tersenyum tipis. Aku sedikit menertawakan kehidupanku.

"Sepertinya.. lebih baik aku mati waktu itu."

Kali ini tidak ada gemuruh membalas, hanya terdengar suara hujan dan sungai. Bagiku.. tidak ada hal apapun lagi yang bisa aku perjuangkan. Segala mimpiku.. segala harapanku.. segala cita - citaku.. tak ada satupun yang dapat tergapai olehku. Keinginanku untuk menjadi pemain ice skating, penyanyi, artis, author komik, pemain band, bahkan untuk sekolah SMA saja.. aku tak bisa. Dan kalau aku tidak sekolah SMA, bagaimana aku bisa kuliah. Sedangkan kuliah adalah salah satu keinginanku juga. Jadi yaaah... sudahlah. Tidak ada lagi harapan untukku.

Dengan tatapan kosong, aku mengenang lagi masa laluku. Masa kecilku memang masa yang paling indah bagiku. Aku tersenyum tipis kembali sendirian. Kali ini aku sedikit terhibur oleh kenangan masa kecilku. Aku sangat rindu masa kecilku.

Masa kecilku di rumah besar dan luas di Jakarta dengan pohon bunga bugenvil nan rindang di balkon rumah. Di kamar yang terdapat balkon itu, aku tidur pulas, dimanjakan oleh angin semilir yang datang lewat celah kecil dari pintu balkon yang sedikit terbuka.

Fawnia Lestari Wijaya nama yang diberikan oleh oma dan mamaku. Oma memberi aku nama Fawnia yang berarti "yang berharga". Kata oma, aku adalah cucu yang berharga baginya. Sedangkan Lestari diberikan oleh mamaku karena mama ingin aku tetap dijaga dan dilindungi seperti mama yang tetap mempertahankan kehamilannya saat mengandung aku walaupun aku adalah anak di luar nikah. Lalu Wijaya adalah nama belakang dari ayah dan opa. Jadi namaku berarti sesuatu yang berharga yang harus dijaga dan dilindungi.

"Nia.. Niaa.. Nia sayang.. bangun."

Fawnia membuka mata, tampak oma memandangku dengan senyuman dan di sebelah oma ada mama yang tersenyum juga. Itu ingatan pertama diri kecilku saat masih berusia 3 tahun.

" Ayo sudah dulu bobo siangnya, kita berangkat sayang."

"Iya oma."

Di dalam mobil opa dan papa sudah menunggu lalu tersenyum menyambut aku yang hendak masuk ke dalam mobil. Sebelah kursi tempat aku duduk, ada Juan adikku yang masih bayi sedang tertidur di pangkuan baby sitter-nya. Kita pun berangkat jalan - jalan ke mal. Mal favoritku adalah Mal Taman Anggrek karena disana aku bisa melihat orang - orang meluncur di atas permukaan es. Aku sangat ingin bermain ice skating tapi saat itu aku belum bisa dan mama maupun oma belum mengizinkanku sehingga aku hanya bermain mandi bola.

Lihat selengkapnya