"Nit.. Nit.. Nit.."
Bunyi yang keluar dari suatu mesin di kamar opa menginap. Di kepala opa, terpasang perban yang mengelilingi kepalanya. Wajah opa, terpasang selang oksigen. Sedangkan tubuhnya diam tak bergerak bagai orang sedang tidur, hanya dadanya saja yang bergerak naik turun.
Sudah 2 hari opa belum juga sadarkan diri sejak hari itu saat aku melihat opa terbaring di pangkuan Om Arsa, matanya terpejam, tubuhnya sama sekali tak bergerak, dan ada darah keluar dari hidung dan telinganya.
Diri kecilku yang sedang menjenguk opa belum tahu sakit apa yang dialami oleh opa. Saat itu aku melihat kapas dalam suatu wadah di atas meja sebelah opa yang sedang terbaring. Lalu suatu ide muncul dari fikiran diri kecilku. Aku pun membagi - bagi kapas tersebut menjadi beberapa bagian kecil lalu menaruhnya mengelilingi tubuh opa.
"Opa.. Pake ini ya.. Biar cepat sembuh."
Dasar diri kecilku dulu. Sementara itu dokter sedang berbicara dengan oma dan papa.
"Ibu.. Kepala suami ibu mengalami cedera serius. Sebenarnya bisa saja kami melakukan operasi. Tapi persentase keberhasilannya hanya 20 berbanding 80 persen."
"Kalau operasinya ga berhasil bagaimana dok?"
"Kalau tidak berhasil, bapak bisa meninggal atau mengalami mati otak."
"Maksudnya dok?"
"Jantung dan organ lainnya masih berfungsi, tapi otak tidak."
Seketika oma kaget dan matanya berkaca - kaca lagi.
"Kalau tidak operasi bagaimana dok?"
"Kalau tidak operasi, masih ada kemungkinan untuk sadar, tapi tak menjamin suami ibu masih ingat ibu atau dapat bergerak dengan normal karena saat jatuh itu sepertinya kepalanya terbentur sangat keras sehingga kena pada tulang tengkorak dan otak."
"Tidak ingat saya dok? Jadi tidak ingat orang lain juga?"