Rumah yang Hirap

Azzahra Nabilla
Chapter #10

10 | Ada yang sedang Rindu

Rindu yang paling menyiksa adalah rindu kepada mereka yang telah berbeda dunia dengan kita. Tidak bisa lagi betatap mata, bertukar peluk, bahkan mengirim surat, Satu-satunya yang sampai pada mereka hanyalah doa.

*****

Setelah pulang sekolah, Sabita tidak langsung pulang ke rumah. Gadis itu berniat mampir sebentar ke makan Ayah dan Bundanya. Dia sudah seminggu tidak berkunjung karena sibuk dengan tugas sekolah yang selalu bertambah setiap harinya.

Mungkin karena lumayan lama tidak dibersihkan, makam orang tuanya kini dikeliliingi oleh rumput liar. Dengan tangan kosong, Sabita mulai mencabut rumput-rumput tersebut agar makam mereka tampil lebih bersih. Kegiatan itu Sabita isi juga dengan bercerita pada mereka.

Gadis itu bercerita tentang banyak hal. Mulai dari tempat tinggalnya yang baru bersama Bu Ratna dan dua orang asing, tentang sekolah yang dihadirinya tanpa seorang pun yang mau berteman dengannya, tentang kedua kakaknya yang sudah sembilan bulan memutuskan kontak dengannya, dan tentang betapa kesepiannya dia.

"Sabita kangen ayah dan bunda, kalian kangen juga nggak sama aku?" monolog gadis itu. Tangannya tergerak mengusap dengan lembut gundukan tanah yang kering itu seolah bundanya bisa merasakannya dari bawah sana.

Gadis itu menyeka air mata yang mulai luruh dari kedua pelupuk matanya, kemudian bermonolog kembali. "Katanya, kalau mereka yang sudah meninggal nggak pernah datang lagi ke mimpi, itu tandanya mereka udah bahagia di sana. Kalian pasti sudah bahagia, ya, di sana? Makanya nggak pernah datang ke mimpi aku lagi."

"Aku turut senang kalau benar begitu, tapi sesekali, tolong datang ke mimpi ku walau cuma sebentar. Supaya rindu ku terbalas, supaya aku tidak lupa sama rupa dan suara kalian." Sabita mengatur napasnya kembali yang sesak karena menangis.

Setelah merasa puas menumpahkan segala sedihnya, Sabita memutuskan untuk pulang karena langit mulai gelap.

Kedua tangan Sabita terangkat, gadis itu mengadah untuk memanjatkan doa agar sampai pada ayah dan bundanya. Dengan mata yang terpejam, ia merapalkan banyak harapan baik untuk mereka di sana. "Aku pulang, ya, ayah, bunda. Nanti aku mampir lagi tiap aku rindu. Asal kalian tau, aku rindu kalian setiap hari," pamit gadis itu, lalu meninggalkan pemakaman tersebut dengan hati yang lega karena rindunya sudah dia sampaikan.

*****

Sama seperti yang dilakukan Sabita, sepulang sekolah Lutfi tidak langsung ke rumah. Remaja laki-laki itu mengunjungi komplek perumahan lamanya yang sudah berubah menjadi tanah berbukit pasca bencana mengerikan itu terjadi. Komplek itu dulunya selalu ramai karena daerah yang padat penduduk, kini tidak lagi. Tidak ada suara anak kecil berlarian, tidak ada ibu-ibu yang nongkrong di warung untuk bertukar gosip, tidak ada bapak-bapak yang ribet dengan berbagai alat rumah tangga yang hendak diperbaiki. Semua itu tinggal bayangan masa lalu, yang terdengar saat ini hanyalah suara angin dan hewan-hewan.

Sudah sembilan bulan terbengkalai, tempat itu tidak hanya melahirkan kisah sedih tapi juga kisah yang seram ketika melintasi komplek ini. Mereka mendengar suara tangisan, melihat sosok dengan wujud mengerikan, dan hal-hal seram lainnya. Cerita itu membuat banyak orang jadi takut melintasi jalanan di tengah komplek yang hancur itu, tidak hanya saat malam tapi juga di siang hari.

Tapi cerita itu tidak berhasil menakuti Lutfi, buktinya ketika hari hampir menjelang sore, remaja itu masih setia duduk di bekas reruntuhan rumah yang ada di komplek tersebut.

Dia datang ke sana bukan hanya untuk merenung, tetapi untuk mengenang.

Setelah sembilan bulan, proses evakuasi korban jiwa bencana likuifaksi akhirnya dihentikan. Mereka tidak berhasil menemukan semua yang dinyatakan hilang karena mereka terkubur sangat jauh di dalam sana. Bersamaan dengan itu, harapan Lutfi perihal mama dan adiknya masih bisa diselamatkan, ikut berakhir.

Lalu sekarang, Papanya menuntut Lutfi untuk menemukan jasad mereka. Kalau tidak, maka selamanya maaf itu tidak akan diberikan padanya. Lutfi bukan tidak ingin berusaha mencari, namun petugas evakuasi dengan alat lengkap saja sulit menemukan mereka, bagaimana dengan dirinya yang tidak punya apapun ini?

"Sedang apa kau di sini?"

Lihat selengkapnya