Rumah yang Hirap

Azzahra Nabilla
Chapter #22

22 | Niat Buruk di Kepala Lutfi

"Lutfi!"

Hakim dengan langkah besar segera menghampiri Lutfi yang terduduk di lantai dengan bagian atas bajunya yang sudah penuh dengan darah.

Setelah pulang dari rumah sakit bersama Sabita tadi, Hakim mampir sebentar ke warung dekat rumah panti untuk membeli beberapa cemilan. Pulang dari sana, dia tidak sengaja melihat Lutfi sedang berbincang dengan Pak Bagas, Papa dari remaja itu.

Melihat dari kejauhan, gerak-gerik mereka seperti bukan sedang melakukan perbincangan sederhana, melainkan berdebat. Mengingat hubungan Ayah dan anak itu jauh dari kata baik, Hakim memutuskan mengawasi dari jauh, berjaga jika hal tidak diinginkan tiba-tiba terjadi.

Dan ternyata benar saja, ketika fokus memperhatikan dua orang itu, Hakim dikejutkan dengan tindakan Bagas yang menghantamkan sebuah botol berbahan kaca ke kepala Lutfi, putranya sendiri.

Sampai diposisi Lutfi, Hakim memastikan kondisi remaja itu. Lutfi masih sadarkan diri, namun dia mendadak mematung, tidak merespon semua pertanyaan yang diajukan Hakim padanya.

Panik melihat makin banyak darah yang keluar dari kepala Lutfi, Hakim segera menghubungi Sabita agar membantunya membawa Lutfi ke rumah sakit.

Sepertinya Bagas juga terkejut dengan perbuatannya barusan. Dia menatap sisa tubuh botol kaca yang dipegangnya, ada sedikit bercak darah yang berasal dari kepala Lutfi di sana.

Tidak butuh waktu lama, Sabita dan Bu Ratna sampai di sana, di teras rumah Bagas. Keduanya menjerit melihat kondisi Lutfi. Bu Ratna menyuruh Sabita memanggil tetangga mereka Pak Edi untuk membantu mereka membawa Lutfi ke rumah sakit.

Keributan itu mengundang beberapa atensi tetangga lain yang masih terjaga malam itu. Di depan pagar kayu rumah Bagas, mereka ramai berbisik-bisik, membicarakan perilaku Bagas yang di cap sangat kejam kepada putranya sendiri.

Mobil milik Pak Edi sudah tiba di halaman rumah Bagas, dengan segera Hakim dibantu Sabita membopong tubuh Lutfi menuju mobil.

Sebelum naik ke mobil, Bu Ratna melihat sekilas ke arah Bagas. Wanita itu sangat kecewa dengan tindakan Bagas malam ini. Dia dan semua orang yang tinggal di komplek ini tahu hubungan Bagas dan Putranya tidak baik, tapi kejadian malam ini sudah melewati batas.

Mobil Pak Edi mulai melaju meninggalkan halaman rumah Bagas menuju rumah sakit terdekat. Para tetangga yang tadi berkerumun di depan rumah Bagas juga sudah mulai berbubaran. Menyisahkan Bagas yang masih setia berdiri di teras rumahnya yang temaram.

*****

Sampai di Unit Gawat Darurat, cedera Lutfi segera menerima perawatan oleh dokter dan perawat yang sedang bertugas malam itu.

Untungnya botol itu menghantam tidak terlalu keras, jadi tengkorak dan bagian dalam kepala Lutfi baik-baik saja. Hanya pecahan dari botol itu merobek kulit kepalanya sehingga Lutfi harus menerima beberapa jahitan di sana.

Selesai menerima perawatan, Dokter menyarankan agar Lutfi beristirahat sebentar di rumah sakit, sampai kondisinya membaik untuk di bawa pulang.

Di ruang UGD itu, Lutfi ditemani Hakim dan Sabita. Bu Ratna pamit kembali lebih awal menumpang mobil Pak Edi karena harus menyiapkan sarapan untuk anak-anak panti yang lain di rumah dan membawakannya untuk mereka juga.

Sebelumnya, suasana di sekitar ranjang Lutfi berbaring hanya diselimuti hening. Tiba-tiba dalam lelapnya remaja itu mengigau, menyebutkan tiga kata, "maafkan saya, Pa," berulang kali.

Hati Sabita itu sedih mendengar itu. "Kenapa Pak Bagas tega banget mukul anaknya sendiri pake botol kayak gitu, ya? Aku tau dia kecewa, tapi bukannya membenci dan memperlakukan Lutfi dengan kasar selama ini sudah cukup? Melakukan kekerasan fisik kayak tadi sudah sangat melewati batas," kesal gadis itu.

"Pak Bagas tidak sengaja melakukannya," imbuh Lutfi.

Lihat selengkapnya