Rumah yang Hirap

Azzahra Nabilla
Chapter #25

25 | 'Maaf' yang Telah Tersampaikan

Setelah berbaikan dengan Lutfi malam itu, Bagas tidak lupa menyampaikan niatnya untuk mengajak Lutfi kembali tinggal bersamanya.

Lutfi menyetujuinya, namun dia ingin menghabiskan satu malam lagi di rumah panti untuk mengemas barang-barang miliknya dan pamit dengan baik-baik kepada penghuni panti lain termasuk Bu Ratna, Hakim, dan Sabita.

Sore setelah pulang sekolah, Lutfi di bantu Bu Ratna mengemas barang-barang bawaannya. Padahal Lutfi hanya pinda ke rumah yang jaraknya hanya tiga rumah dari rumah panti ini, namun sedihnya seperti hendak pergi jauh saja.

"Akhirnya hari yang kau tunggu selama ini datang juga, ya, Fi," tutur Bu Ratna dengan tangan yang sibuk membantu memasukkan pakaian Lutfi ke dalam koper kecil.

Remaja itu menganggukan kepala sebagai respon setuju atas pernyataan Bu Ratna tadi.

Untungnya, dia tidak menyerah atas hidupnya sendiri sore itu. Untungnya, dia memilih bertahan hidup lebih lama lagi. Keputusan itu rupanya membawa Lutfi merasakan hal-hal baik yang pada akhirnya datang menghampirinya.

"Maaf sudah membuat Bu Ratna khawatir soal kejadian sore itu, saya menyesal pernah berpikir untuk melakukan hal seperti itu," ujar Lutfi, merasa bersalah atas niat nekatnya untuk bunuh diri.

Wanita itu menatap Lutfi, lalu tersenyum. "Tidak masalah, tapi lain kali jangan pernah berpikir bahwa mengakhiri hidup adalah satu-satunya solusi," balas Bu Ratna.

Lutfi merespon nasehat Bu Ratna dengan senyuman.

Remaja itu mengedarkan pandangan, menelusuri tiap sudut kamar berbentuk persegi yang sepuluh bulan terakhir dia tempati bersama Hakim. Ada banyak khawatir, rasa takut, sepi, dan sedih yang pernah menyelimutinya di kamar ini. Ada banyak cerita yang mereka bagi, juga bahagia yang mereka rakit.

Tidak hanya di kamar itu, tapi di seluruh sudut rumah panti ini adalah tempat yang membantu Lutfi untuk sembuh dari duka, bangkit dari sedih, dan hilang dari sepi. Walaupun tinggal bersama dengan orang-orang yang sebelumnya asing, yang tidak sedarah, dan berasal dari latar belakang yang berbeda, selama mereka hidup di bawah atap yang sama, mereka adalah keluarga.

Meskipun kadang ada salah paham yang terjadi, ada hal-hal yang menyinggung, dan perilaku yang membuat canggung, Lutfi tetap bersyukur karena dipertemukan dengan keluarga baru yang mau sama-sama berubah dan tumbuh menjadi lebih baik seperti mereka.

Selesai mengemas barangnya, Lutfi di ajak makan malam bersama dulu sebelum pergi sebab Bu Ratna sudah menyajikan banyak menu untuk makan malam kali ini.

Lutfi tidak keberatan, remaja itu bahkan sangat berterima kasih. Di momen makan malam itu sekalian Lutfi gunakan untuk pamit kepada anak-anak panti yang lain.

Seperti biasanya, mereka semua makan malam bersama di ruang tengah, duduk membentuk lingkaran besar. Semuanya melahap makanannya dengan tenang, setelah melihat banyak yang hampir selesai, barulah Bu Ratna membuka suara.

"Sebelum kalian bubar untuk istirahat ke kamar masing-masing, Lutfi ingin menyampaikan sesuatu buat kaliam sebelum dia pergi," ujar Bu Ratna, wanita itu kemudian mempersilakan Lutfi untuk berbicara.

Remaja itu mengatur napasnya sejenak untuk meredakan gugup. Padahal yang ingin disampaikan bukanlah hal yang penting, tapi tetap saja dia merasa gugup.

Semua mata kini terpusat pada Lutfi, mereka menanti remaja itu menyampaikan sesuatu.

"Saya hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bu Ratna dan teman-teman semua. Terima kasih sudah bersedia menerima saya sebagai keluarga di rumah panti ini. Saya juga minta maaf jika selama saya tinggal disini ada sikap atau perkataan saya yang menyinggung kalian. Semoga biarpun saya pindah, saya masih diperbolehkan main ke sini." Lutfi mengakhiri kalimatnya dengan permintaan sederhana.

Ya, meskipun dia akan tinggal bersama Papanya, Lutfi berharap tetap diperbolehkan berkunjung ke rumah panti ini, tempat keluarga keduanya berada.

Bu Ratna tersenyum mendengar itu, lalu berkata, "Tentu saja boleh, rumah panti ini selalu terbuka buat kau, buat siapapun yang ingin datang."

Semua yang ada di ruangan itu kompak setuju dengan pernyataan Bu Ratna. Mereka semua terutama Hakim dan Sabita turut senang melihat Lutfi sudah bertemu bahagiannya dan berharap selanjutnya giliran mereka.

*****

Lihat selengkapnya