Lutfi, Sabita, dan Bian segera bergegas menuju rumah sakit ketika berita tentang kondisi Hakim sampai ke telinga mereka.
Selama empat bulan ini, Hakim sudah melakukan berbagai macam pengobatan untuk penyakit jantungnya. Namun makin hari, perkembangan kondisi kesehatannya makin menurun karena ada bagian pada jantung laki-laki yang telah rusak. Dokternya menyarankan untuk melakukan operasi untuk memperbaikinya, rencananya operasi itu akan dilakukan bulan depan namun tiba-tiba kondisi Hakim drop hari ini.
Ketika sampai di rumah sakit, mereka bertiga langsung mendapati Bu Ratna yang sedang duduk sendirian di kursi panjang yang terletak di depan ruangan unit gawat darurat.
"Bu, Kak Hakim bagaimana kondisinya?" tanya Lutfi begitu mereka sampai di sana.
"Dia baik-baik aja, kan, Bu?" Sabita ikut bertanya, gadis itu terlihat yang paling khawatir saat ini.
Gerak-gerik Sabita tak luput dari pandangan Bian. Melihat bagaimana khawatirnya Sabita sekarang, diam-diam Bian menarik kesimpulan bahwa sepertinya hubungan adiknya dan laki-laki bernama Hakim itu sangat akrab. Dia sedikit cemburu melihat adik bungsunya sangat khawatir pada orang lain selain dirinya dan Farel.
"Hakim sudah mendapat perawatan dari dokter, dia baik-baik saja. Cuma katanya, karena kurang istirahat, kondisinya kesehatannya makin menurun. Operasi jantungnya harus segera di dilakukan, untuk itu dia harus di rawat beberapa hari di rumah sakit sampai tanggal operasinya ditentukan," ungkap Bu Ratna, menyampaikan hal yang sama dengan yang dikatakan oleh dokter Hakim.
Ternyata Hakim akan di rawat selama beberapa hari di rumah sakit, jadi itu alasannya Bu Ratna meminta khusu kepada Lutfi untuk membantu membawakan pakaian yang akan dikenakan Hakim selama dirawat di sana.
"Di mana Kak Hakim sekarang, Bu?" tanya Lutfi lagi.
"Masih di UGD, menunggu dipindahkan ke ruang inap. Sepertinya dia masih belum sadar dan perlu istirahat sekarang, kita temui nanti ya setelah Hakim sadar," saran Bu Ratna yang disetujui Lutfi dan Sabita.
Mengetahui bahwa Hakim baik-baik saja sudah cukup bagi mereka.
*****
"Maaf ya, saya jadi merepotkan kalian lagi," tutur Hakim, merasa tidak enak hati karena terus menyusahkan Bu Ratna, Lutfi dan Sabita.
Saat ini mereka sudah berada di ruang Tulip, tempat Hakim dirawat selama beberapa hari kedepan sampai tanggal operasinya ditetapkan. Laki-laki itu baru sadar lima menit yang lalu, dan mendapati tiga manusia baik itu hadir disampingnya.
Bu Ratna sedang fokus memasukkan beberapa pakaian Hakim ke lemari besi yang disediakan untuk pasien, meskipun atensi tertuju ke hal lain, wanita itu tetap merespon ucapan Hakim. "Tidak merepotkan, kita kan keluarga. Sudah jadi tugas kita sebagai keluarga untuk saling membantu ketika diperlukan," ujar wanita itu.
Tiap ditemani mereka dalam kondisi yang tidak baik-baik saja, Hakim selalu memanjatkan syukur karena dipertemukan dengan keluarga baru yang luar biasa baik padanya. Potongan memori-memori dimana Bu Ratna, Lutfi dan Sabita bergantian menemaninya berobat terlintas di kepala Hakim.
Mereka bertiga sudah banyak mengeluarkan waktu dan tenaga untuk membantunya sembuh, namun bukannya membaik kondisi Hakim yang kian parah saja. Dia merasa bersalah karena menyia-nyiakan usaha tiga orang baik itu.