"Bu Ratna, ada tamu!"
Panggilan dari salah satu anak pantinya membuat Bu Ratna yang sedang sibuk memasak di dapur jadi kalang kabut. Pasalnya dia memang sedang menunggu tamu dari yayasan yang mendanai panti asuhan ini, namun orang-orang tersebut memberi kabar akan datang berkunjung di sore hari mengapa tiba-tiba datang pagi-pagi begini?
Dengan langkah besar wanita itu berjalan menuju ruang tamu untuk menyambut tamu yang dimaksud tadi. Betapa terkejutnya wanita itu ketika melihat siapa sosok yang bertamu pagi ini. Dia bukan orang-orang dari yayasan, dari orang dari luar kota. Ya, siapa lagi kalau bukan Sabita.
Tanpa bertanya lebih dulu alasan gadis itu datang, yang dilakukan Bu Ratna malah memeluk Sabita dengan erat, menyalurkan semua rasa rindu yang bersarang dihatinya untuk gadis itu.
"Ya ampun anak, Ibu. Makin dewasa makin cantik saja," puji Bu Ratna.
Sabita tersenyum menanggapinya. "Bu Ratna juga makin awet muda nih aku liat," balas gadis itu.
"Kenapa tidak kabari dulu kalau mau datang? Kamu sama siapa ke sini? Capek, ya, pasti perjalanannya?" Wanita itu menodong Sabita dengan vanyak pertanyaan.
Sabita tidak keberatan, dia menjawab satu-persatu pertanyaan yang dilontarkan untuknya.
Gadis itu sengaja tidak memberi tahu Bu Ratna kalau dia akan berkunjung, selain ingin memberi kejutan, asalan Sabita tidak mengabari adalah karena dia tidak ingin Bu Ratna kecapekan karena menyiapkan banyak hal untuk menyambutnya seperti kunjung pertamanya dua tahun yang lalu.
Dia berkunjung ke Palu untuk melepas rindunya pada Bu Ratna, untuk berziarah juga untuk menghabiskan waktu libur semesternya yang panjang.
Sabita datang seorang diri karena kedua kakaknya sedang banyak kerjaan bulan ini. Namun kata mereka akan menyusul Sabita jika pekerjaan mereka sudah beres. Kedua kakaknya juga menitip salam untuk Bu Ratna.
Lalu untuk pertanyaan terakhir soal capek atau tidak dengan perjalanannya, Sabuta tidak berbohong jika menjawab tidak. Dia malah senang dan bersemangat untuk segera sampai ke rumah panti. Tapi meskipun menjawab tidak, gadis itu tetap di suruh istirahat oleh Bu Ratna.
Sabita dipersilahkan masuk dan di suruh untuk beristirahat di kamar yang ditempati dulu ketika tinggal di rumah panti ini. Kata Bu Ratna, kamar miliknya dan milik Hakim dan Lutfi sengaja dia kosongkan agar ketika mereka berkunjung, kamar itu masih milik mereka.
Netra Sabita meneliti tiap sudut kamar itu. Letak dan barang-barang yang ada di kamar itu masih sama, yang berubah hanyalah seprei yang melapisi tempat tidur.
Tiap berkunjung ke kamar itu, Sabita selalu berhasil dibuat nostalgia dengan momen-momen empat tahun yang lalu. Momen yang dipenuhi oleh emosi yang beragam. Ada sedih, kecewa, takut, putus asa, bahagia, dan masih banyak lagi. Meski begitu, momen itu justru yang paling berkesan dan lama tersimpan di ingatan mereka.
*****
Sabita berkunjung ke Kota Palu terkahir kali tiga tahun yang lalu. Dia sedikit terkejut saat berkunjung lagi karena melihat pembangunan di kota ini sudah sangat membaik.