Rumah yang Tak sempurna

Yulian Juli
Chapter #15

15. Orang Asing Di Rumah

“Tenang dulu, Mah. Kita tunggu Papa pulang buat jelasin semuanya ya.” Amel mencoba menenangkan Desi yang terduduk lemas di sofa dengan air mata bercucuran. Padahal dirinya sendiri juga sama merasa sama tak baiknya. Merasa takut kalau-kalau prasangka ibunya benar.

Desi terus menangis dengan sorot mata nanar. Masih terekam jelas dalam ingatannya bagaimana ia sampai bisa begitu. Mungkin kalau saja Desi tak kembali ke rumahnya, ketakutan pekat itu tidak akan ia rasa.

Semua bermula disaat Desi memutuskan menengok rumahnya yang sudah lama ia tinggalkan. Niat hati ingin memastikan apakah ada tanda-tanda Faisal di sana? Desi hanya merasa sulit percaya, benarkah Faisal hanya bertahan di kantor saja atau ia diam-diam pulang ke rumah mereka dan tidur sendirian di sana?

“Kamu siapa?” amat sangat terkejutnya Desi saat itu. Saat telapak kakinya sampai di pagar depan rumah yang ia dapati adalah seorang wanita sedang menggendong seorang anak kecil.

Tidak mungkin itu pemilik baru, pikir Desi. Faisal pasti memberitahunya jika rumah itu sudah laku terjual.

“Kamu siapa?!” Desi mengulang pertanyaan jauh lebih lantang karena wanita itu sama sekali tak menjawab malah terlihat sama kagetnya.

“Ini rumah saya! Ngapain kamu disini?! Keluar!” Desi berusaha membuka pagar, sayang pagar besi itu tergembok. Saking kesalnya sampai ia menendang berkali-kali yang hanya menghasilkan suara bising yang membuat tetangga sekitar keluar rumah. Untunglah ia tak terpikir melompati pagar setinggi dadanya itu atau hanya akan semakin memancing kehebohan saja yang membuat malu. Ah, tapi kalau soal malu, tak lewat rasa itu di benak Desi. Fokusnya sudah terlanjur pada wanita rahasia yang ia temukan.

“Mah, Amel yakin orang itu bukan siapa-siapa!” ucapan Amel melenyapkan bayangan Desi.

“Kalau bukan siapa-siapa terus dia siapa, Amel?” suara Desi terdengar serak dan lemah. “Mama takut, gimana kalau itu istri –“ “Mah …, Papa enggak mungkin kayak gitu. Papa sayang sama kita!”

Berbeda dengan Desi dan Amel, di sisi lain Hamdan tampak sibuk dengan panggilan teleponnya. Disebuah halte bus ia menepikan motornya sebentar untuk terhubung dengan seseorang.

“Hapenya keselip dimainin Abim. Dari tadi Bunda cari-cari baru ketemu. Mana ke-silent.” Suara lembut dikejauhan ditangkap telinga Hamdan “Iya, tadi ada perempuan marah-marah datang kesini. Oo …, jadi itu istrinya Kak Sal ya, Pi.”

“Iya. Ngomong apa aja dia?”

“Dia bilang ini rumahnya. Bunda diusir.”

“Diusir?! Kurang ajar banget si Desi.”

“Sampe takut Bunda sama Abim, Pi. Pagar enggak dibukain malah ditendang.”

Hamdan geram sekali setelah mendengar cerita istri keduanya. Kalau menuruti dorongan hati, ingin sekali dia menyambangi Desi saat itu juga dan membalas semua perkataan Desi terhadap istrinya. Akan tetapi Hamdan mencoba menahan diri, ia tahu Faisal sedang berusaha menemui Desi. Jadi kalau mau melabrak pun hanya akan menimbulkan keributan antara dirinya dan kakak kandungnya saja. Karena Hamdan masih bisa melihat ada cinta yang begitu besar di diri Faisal terhadap Desi. Tidak menutup kemungkinan Faisal masih akan membelanya.

Lihat selengkapnya