“Serius nih, sekarang?” Putri menghampiri meja Wulan untuk memastikan kembali kesiapan gadis itu usai bel jam istirahat berbunyi. Masih ingat kan dengan rencana mereka?
Ya, hari itu menjadi hari pilihan Wulan untuk menyatakan perasaannya pada Kemal. Ia tak ingin menunggu lebih lama lagi, takut posisinya disalip oleh gadis lain terutama Amel, temannya sendiri yang sangat ia khawatirkan. Sementara Putri, ia bersiap menjadi pendamping yang akan menemani Wulan untuk mengumpulkan keberanian. Bila perlu ia akan ikut meyakinkan Kemal bahwa tak ada ruginya menerima cinta Wulan.
Wulan menarik nafas dalam. “Siap! Pokoknya hari ini gue harus ngomong sama Kak Kemal,” ucapnya kelihatan sekali sebetulnya sedang tegang.
Ingin Putri tertawa melihat raut muka temannya itu, tapi ia tak sampai hati. Tak Putri sangka, dorongannya pada Wulan untuk mengatakan perasaannya pada Kemal betul-betul akan dilaksanakan. Besar juga nyali Wulan. Padahal Putri sendiri jika ada diposisi Wulan, yakin tak akan seberani itu.
“Oke, sekarang kita cari Kak Kemal di kelasnya.”
Wulan mengangguk. Segera ia bangkit dari kursinya untuk berjalan beriringan bersama Putri mencari target cintanya. Sekilas ia sempat melirik Amel saat hendak mencapai pintu. Tampak di mejanya Amel terlihat sendiri dan hanya melamun saja.
“Lo cerita sama Amel gak, gue mau nembak Kak Kemal?” tanya Wulan pelan, usai keluar dari kelas sambil berjalan di samping Putri. Ia takut ada telinga asing yang mendengar dan malah menjadi gosip tak penting.
“Gimana mau cerita, itu anak sekarang banyak diamnya. Udah kayak baru kenal aja sama gue. Udah gitu mukanya juga keliatan mumet terus. Jadi biarin aja deh, biar nanti dia tau sendiri kalo lo udah jadian sama Kak Kemal.”
Ucapan Putri membuat Wulan jadi senyum-senyum. Ujung kalimat Putri membuatnya semakin dekat saja dengan kenyataan yang ia harapkan.
“Liat Kak Kemal, nggak?” tanya Putri pada seorang teman sekelas Kemal. Itu karena ia dan Wulan tak melihat Kemal di tempat duduknya.
“Keluar tadi. Paling ke kantin,” jawab cowok di depan mereka.
Putri mengangguk-angguk. Sempat berterima kasih atas jawaban cowok itu, dan segera menarik tangan Wulan untuk mencari Kemal di kantin. “Kita kurang cepet, Lan. Keburu enggak ada deh, orangnya.”
Wulan mengangguk setuju, tangannya masih ditarik Putri saja kala langkah Putri semakin cepat. Putri yang tergesa-gesa sama sekali tak sadar kalau Wulan sudah terengah-engah. Baru menaiki anak tangga, sekarang sudah harus turun lagi. Sampai Wulan membatin, "Sebetulnya yang mau nembak siapa, sih? Perasaan semangetan dia."
“Kak Kemal …!”
Panggilan itu akhirnya terdengar di telinga Wulan. Padahal belum sempat sampai kantin tapi suara Putri sudah begitu lantang memanggil pujaan hati, membuat seketika jantung Wulan berdetak kencang.