Rumah yang Tak sempurna

Yulian Juli
Chapter #19

19. Putus Pertemanan

Amel tiba di rumah dari sepulang sekolah tetapi tak menemukan siapa-siapa. Pintu sudah diketuk, salam sudah diberi, hanya saja tak ada juga kemunculan Desi yang biasa membukakan pintu.

Amel duga ibunya pergi ke pasar atau minimarket dekat rumah. Ia lantas mengecek bawah pot pohon lidah buaya yang diletakan di depan jendela, dan benar saja tebakannya, ibunya menaruh kunci disana.

Segera Amel membuka pintu, melepas sepatu begitu saja, lalu kembali menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya lagi. Terngiang-ngiang pesan orangtuanya, bahwa selagi di rumah sendiri, pastikan pintu dan jendela dikunci dan jangan membukakan pintu jika ada orang tak dikenal bertamu, diam-diam mengintip saja dulu. Jika memang sangat diperlukan menyambut, cukup bicara lewat kaca jendela saja, itu pun juga tak perlu dibuka jendelanya.

Meski Amel bosan selalu diwanti-wanti begitu, tetapi ia merasa nasihat itu berguna.

Mirip nasib dengan sepatu, tas punggung yang Amel gunakan juga menjadi korban sikap sembarangnya. Dilemparnya tas itu, masih enggan melepas seragam dan kaos kaki, Amel langsung menjatuhkan diri di atas tempat tidur. Tidak ada Desi yang dianggapnya bawel, jadi Amel merasa bebas melakukan apapun. Termasuk masih mengenakan baju sekolah tapi sudah naik ke tempat tidur.

“Kak Kemal?” tiba-tiba Amel bergumam sendiri. Langit-langit putih di kamarnya menjadi satu-satunya yang ia lihat dalam posisi nyaman berbaring seraya memikirkan pertanyaan Wulan.

“Kak Kemal mau nembak lo, Mel.”

“Hah!”

Obrolan itu masih mudah diputar ulang dalam pikiran Amel. Detail dan teratur, semua bisa ia ingat. Saat dimana Wulan dan Putri tiba-tiba mencegahnya untuk tidak pulang dulu, tapi sebentar saja mengobrol bersama mereka.

Amel kaget sekali dengan berita yang Wulan bawa. Ia juga sebetulnya bisa menebak, Wulan pasti kecewa karena cintanya bertepuk sebelah tangan. Tapi ya mau bagaimana lagi? Amel tak merasa perlu untuk bertanggung jawab. Wulan harus menerima bahwa yang di hati Kemal adalah temannya sendiri, bukan dia.

Amel juga sempat merasa tak nyaman oleh sikap Wulan, tak habis pikir dia kenapa Wulan sangat menggali perasaan pribadinya. Jadinya kan dia malah terpancing menimpali yang justru terkesan menantang.

“Lo serius, enggak ada perasaan apa-apa sama Kak Kemal? Gue cuma pingin tau! Apa perasaan lo sekarang masih sama atau malah udah berubah?”

“Emang kalo berubah kenapa?”

“Gue enggak suka kalo cowok yang gue taksir malah jadian sama temen deket gue!”

“Ha? Apa’an sih lo, Lan. Enggak masuk akal banget. Kak Kemal kan udah jelas-jelas enggak ada rasa sama lo.”

“Oh! Jadi ternyata emang bener ya feeling gue, lo mulai suka sama Kak Kemal.”

“Cukup gue yang tau!"

“Kalo lo terima dia, kita putus pertemanan!”

Lihat selengkapnya