Empat bulan kemudian.
Faisal terlihat senyum-senyum sendiri di tengah pekerjaannya yang hampir selesai. Indra menyadari itu, bahkan sudah bisa ia terka apa yang menjadi sebab senyum itu berkali-kali mengembang dari bibir Faisal yang sesekali memeriksa handphone. Indra memang teman yang pengertian.
Ada yang bilang, jika sudah berpasangan maka jangan pernah curhat dengan lawan jenis agar tidak menimbulkan fitnah. Apalagi jika masalah yang diceritakan menyangkut hubungan dengan pasangan.
Faisal melakukan itu. Ia tak pernah curhat tentang masalah pribadinya pada seorang teman wanita manapun sehingga fitnah itu memang tak pernah mampir di kehidupannya. Jika bukan keluarga, Faisal hanya bercerita pada teman laki-lakinya saja yang tidak lain adalah Indra.
Namun, aman dari fitnah bukan berarti jawaban yang diberikan teman juga aman bagi hubungan dengan pasangan, kan?
Seperti yang terjadi pada Faisal dan Indra. Segala hal yang Faisal ceritakan pada sahabatnya itu justru tidak membuat Indra menyemangatinya agar Faisal tetap mempertahankan pernikahannya sambil terus berusaha menemukan cara yang tepat untuk mengubah jalan pikiran Desi. Melainkan Indra lebih memilih membuka peluang pada Faisal agar mencari sosok pengganti posisi Desi di hatinya.
Faisal semula tentu ragu. Ia tak pernah berpikir untuk melukai hati Desi. Tak ada dalam benaknya niat untuk mendua, meski orang-orang terdekatnya selalu nyaring berkata untuk menceraikannya dan cari istri baru saja. Apalagi adiknya, yang paling bersuara. Akan tetapi mungkin itulah karakter Faisal. Ia yang sulit bersikap tegas pada Desi akhirnya juga malah sulit bersikap tegas pada orang terdekatnya yang lain.
Semula Faisal berniat hanya ingin berkenalan saja. Namun perlahan tetapi pasti, hubungannya dengan ‘Wanita Rahasia’ justru semakin berlanjut. Faisal yang semula tak ingin melukai, kini malah menikmati. Ia merasa pantas melakukannya. Pria itu berpikir bahwa ini adalah bentuk pembelaan dirinya yang sudah berkali-kali menjadi korban keegoisan sang istri. Jadi jangan salahkan dia jika bersikap egois juga. Sudah saatnya ia memikirkan kebahagiaannya sendiri.
Yeah, seperti itulah pikiran Faisal.
Pikiran yang tidak muncul begitu saja, melainkan hasil dari curhatnya selama ini dan bercampur dengan rasa kecewa yang terpendam diam-diam. Anggaplah semua sudah meledak seperti ledakan gunung berapi yang mengeluarkan lahar. Kini hanya tinggal menunggu waktu saja kapan Desi terkena awan panasnya.
‘Iya, nanti pulang kerja Abang main ke rumah,’
Pesan SMS itu menjadi percakapan penutup yang dikirimkan Faisal kepada Wanita Rahasia. Usia Faisal itu kan sudah menginjak 42 tahun dan punya anak berusia remaja, walau tubuhnya masih gagah dan tampak lebih muda dari usia aslinya, tetap saja ia terkesan sudah tak cocok mesem-mesem jatuh cinta, tapi sepertinya benar adanya istilah puber kedua, sikap lelaki itu menghadapi Wanita Rahasia sudah seperti anak SMP saja.
“Cocok, Bang?” canda Indra yang menghampiri meja Faisal sambil memegang secangkir kopi instan yang baru saja dia buat. Suaranya sengaja ia pelankan agar teman kantor lain tak jelas mendengar.