Rumah yang Tak sempurna

Yulian Juli
Chapter #26

26. Salip Gebetan

Tahun ajaran baru tiba. Amel naik ke kelas tiga bersama Wulan dan Putri yang lagi-lagi di takdirkan sekelas dengannya. Sementara Kemal sudah tak ada lagi di sekolah yang sama dengan mereka. Tentunya itu karena Kemal sudah dinyatakan lulus.

Sedihnya, Kemal harus berpamitan pada Amel karena ia akan melanjutkan kuliah di Surabaya. Makin jauh akhirnya jarak mereka. Sesungguhnya itu juga membuat perasaan Amel semakin pesimis saja atas hubungan mereka. Sudah tinggal jauh, Kemal pun pasti akan sibuk sekali dengan kuliahnya. Biarpun mereka bisa saling menghubungi lewat telepon, chatting, atau email, tetap saja itu tak memuaskan bagi Amel. Bahkan gadis itu sempat berpikir, bisa jadi Kemal akan menemukan perempuan yang lebih cantik darinya. Kalau sudah begitu berjarak, apa yang mau diharap dari hubungan mereka? Menunggu Kemal menyatakan cinta sudah sepenuhnya menjadi hal sia-sia pikir Amel. Sampai lulus saja tak ada suara, apa lagi ke depannya di saat Kemal sudah memiliki dunianya sendiri. Maka akhirnya yang Amel pilih adalah, belajar melupakan Kemal saja.

‘Brukk’

“Dasar pengkhianat!”

Baru muncul lagi, Amel sudah dibuat kaget. Putri datang mengganggu tangisannya seorang diri di kelas, membanting buku besar ke meja mereka, lalu cuek mengumpat kasar.

“Kenapa, lu?” Amel bertanya seraya mengucek-ngucek matanya untuk menyembunyikan kesedihan. Heran Amel, Padahal tadi Putri terlihat baik-baik saja saat mereka berpisah di awal jam istirahat. Putri menuju kantin sementara dirinya menemui Faisal di depan gerbang sekolah sejenak. Lalu Kenapa pas balik lagi Putri malah sewot?

“Itu Si Wulan! Brengsek banget!”

Kedua alis Amel meninggi. Dibikin bengong saja karena Putri bisa kesal dengan Wulan, yang ia tahu kan hubungan antara mereka berdua baik sekali walau tak sebangku. Beda dengannya yang sempat selisih paham.

“Brengsek kenapa?” tanya Amel.

Putri terlihat sangat emosi. Tak ingin duduk hanya ingin berdiri sambil bertolak pinggang dengan satu tangan di samping Amel. “Masa gebetan gue dia embat! Udah tau gue suka dari lama, eh malah dia nyerobot seenaknya!”

“Nyerobot?”

“Iya! Dia nembak gebetan gue, Mel.”

“Ismet anak 2 IPS?”

“Iyak!”

“Terus?”

“Ya udah jadian lah mereka!”

“Astaga …”

“Gila kan tuh, anak! Percuma selama ini gue banyak curhat ke dia soal perasaan gue ke Ismet kalo ujungnya disalip. Dasar serigala berbulu domba!”

“Emang lo nggak bisa liat, apa? Wulan punya rasa juga ke Ismet.”

“Enggak ada, Mel, enggak ada! Selama ini yang gue tau dia tuh sukanya sama Kak Kemal. Giliran orangnya udah enggak ada malah gebetan gue dia telen. Cewek rakus!”

Amel menggaruk kepalanya bingung. Tidak tahu bagaimana caranya menjadi penengah antara Putri dengan Wulan. Memihak apa ada gunanya? Nanti yang ada malah tambah ricuh. Walau Amel juga masih ingat, kalau dulu Putri terkesan lebih banyak membela Wulan.

“Gue jadi nyesel dulu belain Wulan dari lo,” lanjut Putri. “Mana gue ikut bantuin dia abis-abisan, biar Kak Kemal enggak jadi nembak lo.”

Mata Amel membulat kaget. “Maksud lo?”

“Duh! Rasanya kalo udah kayak gini gatel mulut gue buat cerita.”

“Apa’an sih Put?! Gue enggak ngerti!”

Lihat selengkapnya