“Justru kamu yang keliru! Bukan Mbak yang hancurin keluarga kamu, tapi kamu sendiri yang lakuin itu dengan selingkuhin Nurul!
"Kalo kamu akhirnya ditinggalin isrri kamu, itu emang pantas kamu dapetin. Buat apa dia hidup sama seorang pengkhianat!”
Perdebatan itu masih saja terjadi. Baik Desi atau Hamdan tak ada seorangpun yang diliputi ketenangan. Hebat mereka saling ricuh.
“Rumah tangga gue bukan urusan lo!”
“Kalau gitu kamu juga jangan ikut campur urusan rumah tangga, Mbak! Sebagai adik harusnya kamu bisa jadi penengah, bukan pemisah! Sekarang keadaan berbalik ke kamu, kamu kehilangan Nurul dan Mbak yakin enggak ada seorangpun yang mau jadi penengah kalian!”
“Brengsek!” keras Hamdan mendorong Desi hingga hampir wanita itu kehilangan keseimbangan. Tanpa sengaja Hamdan melihat sebuah pisau di atas meja. Dengan mata marah ia mendekat dan meraih pisau itu, lalu begitu cepat mengarahkannya pada Desi.
“Mau apa kamu Hamdan?!” Desi semakin ketakutan. Pisau ditangan seorang pria yang sedang marah membabi buta tentu bukan pertanda baik.
“Gue enggak akan maafin lo! Lo harus terima balasan gue!” Hamdan kalap, ia layangkan pisau itu.
“Om ..!” teriakkan Amel yang muncul tiba-tiba rupanya tiada guna. Terlambat. Kebengisan Hamdan yang buta telah berhasil menghunuskan pisau tajam itu tepat di dada Desi. Jerit kesakitan Desi menggema. Seketika darah mengalir deras keluar dari tubuhnya.
“Ma …!” teriakan histeris Amel menyusul. Ia berlari mendekati ibunya, berusaha menangkap tubuh wanita itu yang hendak roboh. “Ma …!” Amel menangis sejadi-jadinya. “Tolong! Tolong …!” nyaring bercampur perasaan ngeri Amel meminta bantuan. Ia takut sekali akan kehilangan ibunya yang sudah terkapar di pangkuannya.
“Desi …! Ya Allah!” Puji muncul tak kalah menjerit. Bingung kenapa bisa terjadi hal seburuk itu di depan matanya. Menyesal tak dapat mencegah itu semua, tapi meskipun ia tak terlambat, entahlah, ia bisa membantu mencegah perbuatan Hamdan atau tidak? Laki-laki itu sudah sangat terlihat mengerikan dan siap membantai siapapun.
“Om jahat! Om jahat! Bisa-bisanya Nanda punya Papi Monster kayak Om!” bentak Amel kesal.