Amel terlihat berjalan di koridor rumah sakit. Sampai di kamar sikapnya yang manis memberikan ibunya bunga membuat Puji dan Laila terharu. Mereka senang hubungan Desi dan Amel berjalan hangat, berharap hubungan ibu dan anak itu dapat selalu rukun dan saling menguatkan.
“Tante mau balik ke Batam!” begitu kagetnya Amel. Rencana Puji terkesan mendadak, ia baru saja merasa nyaman dengan teman ibunya itu.
Melihat wajah Amel yang murung, Puji berinisiatif menggoda dengan mengajaknya untuk pindah rumah ke Batam saja. Gadis itu pun jadi tersenyum dan menjawab tanpa keseriusan kalau mungkin ia akan pindah kesana setelah besar nanti. Spontan memancing tawa orang-orang dewasa di sekitarnya. Hingga akhirnya tawa mereka terhenti, karena kemunculan Faisal menarik perhatian.
“Loh, Sal? Jam berapa, nih?” Laila melihat ke jam dinding. Tumben sekali belum jam pulang kerja Faisal sudah datang. “Pulang cepet, Sal?”
“Iya, La.”
Laila melirik Desi, menahan senyum seakan menggoda. “Semangat banget yang pulang cepet,” goda Laila membuat Desi malu-malu dan cukup melukiskan senyum bahagia di bibir Amel dan Puji.
Faisal sudah datang, Puji dan Laila pun memilih pulang membiarkan keluarga kecil itu memiliki waktu kebersamaan. Teruntuk perpisahan dengan Puji, Desi memberi pelukan hangatnya. Entah kapan mereka akan bertemu lagi, yang pasti Desi senang ada kehadiran Puji di saat-saat tersulitnya.
“Amel anterin sampai lift ya, Mah.” Amel berinisiatif sekaligus memang sengaja memberi kesempatan untuk ayah ibunya berdua saja.
Ketiga perempuan itu lantas berjalan beriringan usai keluar dari kamar rawat Desi. Pesan-pesan baik diberikan Puji kepada Amel sepanjang langkah mereka menuju lift. Puji ingin Amel suatu saat bisa mandiri dan sukses, maka ia ingatkan gadis itu untuk berlajar bersunggung-sungguh.
“Tante pamit ya, Mel.” Puji memberikan pelukan tepat di depan lift yang sedang ditunggunya.
“Kapan-kapan Amel beneran pingin liburan ke tempat Tante.”
“Iya, dong! Tante seneng banget kalau kamu mau ke sana.”
“Nabung dari sekarang, Mel. Biar bisa ongkosing Mama, Papa, Tante Laila, Om Dito, Fais, Rika, Hilman, Mak Haji –“ “Waduh …, banyakan keluarga Tante Laila itu sih,” balas Amel yang menghadirkan tawa pelan Puji dan Laila.