Drrt Drrt
Suara getaran yang berasal dari sebuah ponsel mengusik seorang perempuan yang tengah tertidur memeluk guling dan selimut yang membalut tubuhnya. Entah berapa kali ia harus berdecak untuk tidak menggubris bunyi yang muncul di ponselnya. Hingga suara getaran itu tak lagi enak di dengar di telinganya, perempuan itu langsung bangug dari tidurnya dan mengambil kasar ponsel yang sedari tadi ada di atas nakas samping tempat tidur. Ia langsung menggeser layar dan meletakkan ponsel ke telinga kirinya. Tanpa pikir panjang ia langsung bersuara dengan nada tinggi mengekpresikan kemarahannya karena mengusik tidurnya.
“Apa sih!” ucapnya emosi dengan mata masih menutup namun alisnya ikut bertaut.
“Lo jadi kesini ngga?” tanya seseorang dari seberang telepon, membuat perempuan itu sedikit mengendurkan alisnya untuk berpikir maksud perkataannya.
“Kemana?” tanya perempuan itu polos, sepertinya nyawanya memang belum sepenuhnya terkumpul sehingga ia harus berpikir lama untuk menanyakan hal itu.
“Astaga Binar! Mending lo ke kamar mandi cuci muka terus lihat jam dinding. Gimana lo bisa lupa sih,” kini gantian orang yang di seberang telepon yang memarahi perempuan itu.
“Kelamaan kali, buru kasih tahu ada apaan?” tanya perempuan bernama Binar itu tidak sabar.
“Temen lo ulang tahun kunyuk!” orang yang sedang ada disambungan telepon itu sudah emosi menanggapi Binar yang tengah cengo terduduk di atas tempat tidur.
“Astaga Pris gue lupa! Lo tunggu di lobi deh, gue mau siap-siap bentaran!” ucapnya cepat seraya turun dari tempat tidurnya.
Perempuan itu langsung melempar ponselnya sembarang ke atas tempat tidur kemudian berlari menuju kamar mandi. Ia merutuki diri sendiri karena lupa dengan acara hari ini, bukannya apa, karena perempuan itu sudah merencanakan acara ulang tahun ini dengan matang dan rasanya tidak mungkin jika ia tidak ikut dalam acara itu. Beres mandi ia langsung memilih baju yang kiranya pantas untuk digunakan dalam acara ulang tahun itu. Ia menyisir rambutnya begitu selesai memakai baju kaos oversize berwarna cokelat muda dan celana bahan hitam tak lupa memakai sneakers berwarna hitam kesayangannya. Kemudian ia langsung mengambil tas selempang yang tergantung di dekat lemari dan langsung keluar dari apartemen miliknya. Ia menggerakkan kakinya beberapa kali ketika ia berada di dalam lift, karena bisa dilihat kalau ia sedang dikejar waktu agar tidak terlambat. Sesampainya di lobi, ia langsung melihat mobil temannya yang sedang terparkir. Tanpa pikir panjang ia langsung berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Temannya tanpa basa-basi lagi langsung menginjak pedal gas dalam-dalam.
“Masih ada waktu 15 menit lagi Pris, jangan ngebut elah!” perempuan bernama Binar itu langsung bersuara setelah mobil milik temannya itu berpacu di jalan raya.
“Bukit Bintang ngga cuman 15 menit terus lo sampe kali, belum juga beli rotinya.”
“Lo sebagai pembuat acara ngga pinter amat ternyata,” imbuh temannya itu.
“Mereka udah di atas emang?” tanya Binar pada temannya yang bernama Prisa itu.
“Belum gue suruh untuk berangkat kesana, nunggu kita sampe dulu baru gue kabarin si Saga buat nyusul.”
“Lama nunggunya dong kita,” ujar Binar.
“Lebih lama gue nungguin lo bangun kali,” balas Prisa.
Sebelum melanjutkan perjalanan menuju Bukit Bintang, mereka mampir di toko roti untuk membeli roti ulang tahun. Tak lupa Prisa juga sudah menyiapkan korek api dan dan lilin sebagai penyempurna roti ulang tahun yang mereka beli itu. Karena, rasanya kurang jika tidak ada roti kesukaan mereka ketika ada acara ulang tahun seperti ini. Apalagi yang ulang tahun adalah sahabat mereka sendiri yang sudah bertahun-tahun bersama.