Keempat manusia itu lantas menikmati suasana sore menjelang malam itu dengan perasaan bahagia. Bahagia karena yang satu sedang berulang tahun, dan juga macam-macam bahagia yang kini sedang mendiami perasaan masing-masing. Tak mau membuang momen yang begitu berharga. Mereka akhirnya berfoto bersama, seperti kata Binar tadi kalau hal semacam ini tidak bisa diingat di kepala saja dan butuh sesuatu yang nyata untuk membuat otak mengingat momen ini di kemudian hari.
Tak terasa di tempat mereka juga ada pengunjung lainnya, namun untungnya tidak seramai di lantai bawah. Hanya ada tiga orang lelaki yang duduk di ujung lantai atas ini. Hal itu menguntungkan bagi mereka karena tidak akan merasa terlalu malu jika nantinya mereka berbuat sesuatu hal yang membuat urat malu mereka putus. Karena, mereka sendiri sudah lama tidak berkumpul lama seperti ini.
“Kok ngga kerasa ya foto begitu doang,” celetuk Saga.
“Namanya teknologi Ga, kalau lambat namanya lo jadi manusia purba aja kalau gitu.” jawab Prisa yang terlihat kesal dengan perkataan Saga.
“Bin, entar kirimin fotonya di grup.” Juang bersuara untuk mengalihkan topik pembicaraan agar Saga dan Prisa tidak bertengkar.
“Ngga usah lo suruh juga bakal gue kirim kali,”
“Ya siapa tahu lo lupa,”
“Dih gue masih sehat gini dikatain pikunan, parah lo Wang.”
“Ini lagi berdua bikin kuping gue panas aja dengarnya.” celetuk Prisa.
“Sama kayak lo kali Pris,” jawab Juang.
Ya begitulah namanya persahabatan, tidak enak kalau tidak ada pertengkaran kecil. Tapi, dengan adanya pertengkaran seperti itu membuat mereka jujur satu sama lain. Jarang bertemu dan sekalinya bertemu akan seperti ini. Pertemuan diisi oleh pertengkaran kecil yang tidak berkesudahan, dan bahkan membuat pertengkaran itu berlanjut lebih parah lagi. Itu menjadi hal yang biasa bagi mereka berempat. Karena, kalau tidak begini mereka tidak akan sedekat ini dan menjalin persahabatan.
“Kalau diingat-ingat cuman kita aja ya yang bertahan,” celetuk Prisa membuat pertengkaran yang tadinya seru menjadi langsung terhenti.
“Maksud lo Pris?” tanya Juang tidak mengerti perkataan Prisa.
“Ya lihat aja, teman kita yang dulu udah ngga ada disini lagi. Kita dulu rame-rame loh,”
“Bener juga sih Pris,” Saga kini satu suara dengan Prisa.
“Harus ya kalau ngumpul gini selalu nostalgia?” tanya Juang.
“Bukan harus Wang, ini lebih ke mengenang betapa bahagianya kita dulu. Sebelum berempat lo tahu sendiri seseru apa kita dulu.” Binar langsung angkat suara.
“Iya gue tahu, tapi maksud gue tuh ya kenapa harus ingat yang lalu kalau kita disini aja udah bahagia sahabatan gini. Aneh tahu ngga,”
“Pantes sejarah lo dulu jelek, ngga suka ingat masa lalu sih.” celetuk Prisa.