Resepsionis dan Binar otomatis menoleh ke arah sumber suara sebelum pemilik suara tersebut menghampiri keduanya. Binar terlihat kikuk melihat orang itu kini melihat ke arahnya sebelum berbicara kepada sang resepsionis. Tapi, kali ini perempuan itu memilih diam karena ia ingin tahu apa yang hendak dilakukan oleh orang itu.
“Lukanya biar saya saja yang bantu, Mbaknya lanjut kerja saja.” ucapnya pada sang resepsionis.
“Oh baik Mas, kalau begitu terimakasih.”
“Iya Mbak, sama-sama.”
“Ayo ikut aku,” ujar orang itu kepada Binar lantas berjalan menuju kursi yang tak jauh dari tempat resepsionis.
Binar hanya mengekori dari belakang hingga ia duduk di samping kursi lelaki itu dan tak lupa meletakkan kotak P3K di atas meja. Lelaki itu mulai membuka kotak P3K dan mencari segala benda yang dibutuhkan untuk membalut lukanya, termasuk perban dan plester. Orang itu diam tatkala melakukan tugasnya untuk menggantikan perban di tangan Binar. Perempuan itu yang tak mau terus diam akhirnya langsung bersuara. Hitung-hitung sebagai teman sepi mereka ini.
“Masnya kok ada disini, ngikutin saya? Saya ngga terima alasan hanya kebetulan lewat ya,” tanya Binar namun lebih tampak seperti menuduh lelaki itu.
“Hahaha saya ada urusan disini Mbak, percaya atau ngga-nya itu sepenuhnya bukan urusan saya.” Ia tertawa menanggapi perkataan Binar sebelumnya.
“Masnya tahu cara ngobatin luka?”
“Tahu, karena saya dulu anak PMR di SMA.”
Binar yang mendengar hal itu langsung menarik tangannya menjauh dari laki-laki itu. Karena ia tidak mau tangannya lebih parah karena orang di depannya. Lelaki itu sadar kemudian menarik tangan Binar meskipun perempuan itu sempat berontak, ia menyadari kalau perkataanya tadi membuat rasa percaya perempuan itu kepadanya langsung menghilang perihal mengobati lukanya. Akhirnya ia pun langsung bersuara seperti menjawab pernyataan yang ada di dalam benak perempuan di depannya itu.
“Tapi jangan khawatir Mbak, saya juga udah sering ngobatin luka orang kok.”
“Masnya perawat?” tanya Binar penasaran.
“Bukan,”
“Dokter?” tanya perempuan itu lagi.
“Bukan,”
“Terus apa dong,”
“Sudah selesai Mbak, besok mungkin udah kering dan perbannya dilepas aja biar ngga tambah melebar lukanya.” ujar lelaki itu kemudian beranjak dari kursi.
“Terimakasih ya,” ucap Binar sebelum lelaki itu melangkah pergi.
“Iya Mbak sama-sama.”
Ketika lelaki itu sudah berlalu, Binar juga langsung berjalan menuju lift untuk menuju kamar apartemennya. Kini ia sedikit lega karena tak lagi melihat kain lap berwarna merah yang siap ia buang ke tempat sampah ketika sampai di kamarnya nanti. Tak lama setelahnya pintu lift terbuka dan perempuan itu langsung melangkah keluar dari lift menuju kamar apartemennya.
Ketika sudah berada di kamar apartemennya, ia langsung mengambil laptop yang tergeletak di atas meja dan membawa benda itu ke atas tempat tidur. Rencananya untuk saat ini adalah menonton serial yang ada di Netflix. Meskipun terlalu siang untuk menonton film, nyatanya perempuan itu tidak peduli. Sebab, ia tidak memiliki aktivitas wajib lainnya karena saat ini ia libur semester sehingga ia bebas melakukan apapun setiap harinya.