Rumangsa

puspawarsa
Chapter #7

Nasi Goreng

Memang tak bisa dipungkiri, kalau pada saat itu Binar sedang naksir pada salah satu teman Anggi. Namun, Binar lebih memilih menyukainya dalam diam. Hal itu tidak akan bertahan lama kalau Juang masih berani menggodanya untuk memanggil orang yang Binar taksir. Mengingat hal itu cukup membuat wajah Binar kembali berseri, entah karena kejadian lucu yang membuatnya mati kutu saat wisuda sahabatnya itu atau karena perasaan aneh yang langsung ia sangkal saat itu.

Binar menghela napas besar mengingat kejadian itu, entah ia harus senang atau sedih karena waktu sudah berlalu begitu cepat. Ia juga sedikit merindukan sahabatnya bernama Anggi dan Rama. Keduanya yang saling memunggungi karena alasan canggung, dan juga mereka saling pergi dari persahabatan yang tidak melulu harus mengedepankan perasaan. Tapi, Binar mungkin bisa mengerti seberat apa Rama harus menghadapi Anggi yang kini sudah memiliki seseorang di sampingnya dan itu bukan dirinya.

Meskipun agak rumit kisah percintaan mereka, Binar melihat hal itu sangat indah. Rama yang menjauh karena tak ingin lebih besar rasa cintanya pada Anggi, begitupun dengan Anggi yang juga menjauh karena tak ingin dibilang memberi harap pada Rama. Semua stereotip harus mereka telan mentah-mentah agar orang sekitar tidak mengira mereka berjalan di jalan belakang yang membuat salah satu dari mereka merasakan luka.

 

“Kok lo jadi ngelamun sendiri sih Bin?” tanya Prisa mengagetkan Binar yang hendak menyelami perasaannya itu.

“Iya, gue lagi mikirin Rama sama Anggi. Gimana ya kabar mereka sekarang?”

“Kalau lo kepo banget sampai bisa ngelamun gini, chat aja mereka Bin. Toh cuman pesan doang ngga ada yang aneh-aneh.”

“Iya juga sih Pris, tapi gue takut mereka ngacangin gue. Secara gue sama mereka udah lama ngga saling kirim pesan.”

“Maklumin lah Bin, kan mereka udah punya pasangan masing-masing. Jadi, prioritas mereka juga bukan kita lagi sebagai sahabat mereka.”

“Tapi kok lo mau temanan sama gue, Juang, dan Saga kalau lo sendiri aja udah punya pacar?”

“Ya karena gue ngga punya teman selain kalian. Ngga bisa dong gue 24 jam sehari bareng sama pacar gue mulu, yang ada gue ditendang dari rumah.”

“Ah rumah ya,” Binar sedikit lesu.

“Kenapa Bin? Lo kangen sama mereka?”

“Bukan kangen sih Pris, tapi lebih ke perasaan gue pingin tahu gimana rasanya ada di rumah.”

 

Prisa yang mendengar itu seperti tertohok, karena ia tahu kalau dirinya mengenal Binar tidak dari SMP saja. Prisa mengenal Binar sejak masih TK namun tidak dekat seperti sekarang. Setiap hari ketika Binar datang ke sekolah, Prisa melihat kalau yang mengantar sahabatnya ini bukanlah Mama atau Papa Binar sendiri, melainkan seorang ART yang memang ditugaskan untuk menjaga Binar. Prisa yang sudah dewasa sekarang melihat Binar yang dulu selalu sendirian di rumah bersama ART kini menjadi paham.

Bahwasanya orang tua Binar tak lagi menginginkan hidup bersama lagi dan memilih untuk berpisah jalan. Binar berada di tengah-tengah mereka dengan bantuan ART selama beberapa tahun hingga saat SMA sahabatnya ini memberanikan untuk hidup sendiri. Meskipun untuk urusan finansial Binar tak pernah kurang dan selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari nyatanya ia juga merindukan dan membutuhkan yang namanya rumah.

Rumah untuk bertemu orang-orang yang menyayanginya dan juga rumah tempat ia merasakan kehangatan yang tidak bisa diukur dengan angka. Tetapi, ia tidak mendapatkan semua itu dan hanya mendapatkan perhatian dari persahabatan ini. Prisa tahu kalau Binar tidak suka dikasihani, ia tahu betul. Namun, melihat Binar yang begitu rapuh hatinya menjadikan Prisa tak tega.

 

“Lah, sekarang kenapa jadi lo yang ngelamun?” tanya Binar membuyarkan lamunan Prisa.

“Gue cuman penasaran aja sama perasaan lo Bin.”

“Perasaan gue sama siapa?”

“Orang tua.”

“Oh itu, gue sih biasa aja Pris. Lo kan tahu gue malah dekat sama Mbak ART daripada orang tua sendiri.”

“Iya juga ya, ganti topik deh ngga seru kalau melow gini.”

“Kan lo sendiri yang tiba-tiba nanya.”

“Iya iya, jadi kita pindah topik lain aja Bin. Misalnya lo mau cerita ngga kalau lo masih naksir sama teman si Anggi?”

“Yailah Pris, itu udah lama kali gue ngga naksir. Lagian gue suka dia pas SMA, sekarang ngga lagi,” jelas Binar.

“Yahh, kok ngga ada topik yang menarik untuk dibahas sama lo sih Bin. Masa gue harus cerita diri gue mulu, sekali-kali dong kasih gue cerita apa gitu kek. Tanggung juga gue udah nginap disini lo?!”

“Apa ya? Sebenarnya gue juga ada sih cerita tapi gue takut lo gimana-gimana sama gue.”

“Gimana-mana apanya?”

“Gue takut sama respon lo gimana ke gue lebih tepatnya.”

“Alah itu belakangan aja mikirnya, sekarang lo cerita aja deh daripada bikin gue penasaran.”

“Ini cuman kegelisahan gue aja sebenarnya Pris.”

“Iya Binar Athalia yang terhormat, buru cerita keburu gue pingsan penasaran nih.”

Lihat selengkapnya