Blurb
Nama adalah sebuah kebohongan pertama yang kita terima.
Rumi el Habsy seharusnya mati di pegunungan Afghanistan, dikhianati oleh orang-orang yang paling ia percaya. orang yang dia anggap saudara dan juga Ayah. Selama dua tahun, ia berhasil menjadi Elvant, seorang fotografer pertapa yang mencoba mencuci darah dari tangannya dengan cahaya. Ia membangun benteng keheningan, percaya bahwa ia bisa mengubur masa lalunya.
Tapi satu foto mengubah segalanya. Pengkhianatnya telah menemukannya, bukan untuk membunuhnya, tapi untuk membongkar sebuah rahasia berbahaya yang terkubur di dalam kepalanya.
Perburuannya membawanya ke dalam konspirasi yang lebih tua dari Perang Dingin, sebuah permainan bayangan antara Mossad, sisa-sisa GRU, dan korporasi militer swasta yang kejam. Tapi di tengah papan catur para hantu ini, musuhnya memainkan kartu terakhir yang paling kejam: Rintizha.
Satu-satunya wanita yang pernah ia cintai, kini dijadikan umpan tanpa ia sadari. Untuk melindunginya, Rumi harus mendekati api yang seharusnya ia hindari, bahkan jika itu berarti membakar mereka berdua.
Untuk menyelamatkan masa depan Rintizha, Rumi harus menghancurkan Elvant dan semua harapan akan penebusan. Untuk bertahan hidup, ia harus menjadi monster yang lebih efektif dan lebih kejam dari mereka yang memburunya.
Novel ini bukan hanya bertanya apakah seorang pria bisa lari dari masa lalunya. Ia bertanya: Jika kau mengupas habis semua nama, semua ingatan, semua dosa, dan semua cinta... apakah dirimu yang tersisa di dasar jurang itu masih layak untuk diselamatkan?
Karena ini bukan cerita tentang balas dendam. Balas dendam itu mudah. Ini cerita tentang seorang pria yang mencoba mengubur monsternya, hanya untuk menyadari bahwa satu-satunya cara untuk selamat adalah dengan melepaskannya.
Selamat datang di "RUMI EL HABSY". Hapus namamu di pintu.