Pintu klinik tertutup di belakangku, dan suara kliknya yang pelan terdengar seperti pintu sel yang dikunci. Kehangatan juga bau antiseptik yang bercampur parfum Annisa lenyap seketika, digantikan oleh cengkraman udara malam yang brutal dan aroma pinus yang terasa seperti duka.
Aku berdiri sejenak dalam kegelapan, merasakan denyut luka yang baru ini. Juga untuk membiarkan mataku beradaptasi kembali. Rasa sakit di lenganku menjadi satu-satunya kompas yang kupercaya. Ia adalah penunjuk arah yang jujur. Ia menunjuk ke arah bahaya. Dan bahaya ada di mana-mana. Bayangan diri, bahkan bisa menikam.
Perjalanan kembali ke gompa adalah sebuah tour melalui neraka pribadiku. Setiap langkah adalah sebuah negosiasi dengan rasa sakit dan kelelahan. Jika perjalanan turun adalah sebuah infiltrasi yang penuh ketegangan, perjalanan naik ini adalah sebuah pelarian yang putus asa.
Kakiku terasa seperti timah, paru-paruku terbakar di udara yang tipis, dan setiap denyut jantung memompa gema dari ingatan mengerikan yang baru saja kubuka: tawa Rintizha, tangis sunyi perempuan di Wina, dan keprihatinan tulus di mata Annisa. Bayang-bayang itu kini menjadi teman perjalananku, berbaris di belakangku, bayangan mereka lebih panjang dan lebih gelap dari bayanganku sendiri.
Aku tidak lagi bergerak seperti kabut. Aku bergerak seperti binatang yang terluka, mengandalkan insting purba untuk mencari tempat yang tinggi, tempat yang aman. Tapi otakku, otak seorang analis yang telah lama tertidur, kini terjaga dan berteriak. Informasi yang kudapatkan dari nadi digital di klinik itu kini berputar di kepalaku seperti pecahan kaca di dalam sebuah kaleidoskop.
Helios Deep Earth Initiative. Sebuah nama korporasi yang begitu bersih, begitu klinis, hingga sudah pasti merupakan sebuah kebohongan. Korporasi tidak mengirim tim dengan sinyal inframerah militer ke salah satu wilayah paling terpencil di dunia hanya untuk mencari mineral. Mereka mencari sesuatu yang lain. Sesuatu yang layak untuk dibunuh. Apakah mereka musuh Khan, atau hanya cabang lain dari gurita yang sama? Di dunia Sec-SASI, aliansi adalah sebuah konsep yang cair, yang bisa berubah bentuk secepat bayangan di sore hari.
Dan Proyek Naga. Nama itu sendiri terasa berat di lidah. Naga. Makhluk mitologis yang tidur di atas tumpukan harta karun atau menjaga sebuah gerbang terlarang. Aku adalah bagian dari proyek itu. Aku adalah salah satu cakarnya, atau mungkin salah satu sisiknya. Tapi aku tidak pernah diizinkan melihat keseluruhan tubuh binatang itu. Pengkhianatan terhadapku, kematian palsuku… semua itu bukan akhir dari sebuah operasi. Itu adalah sebuah langkah dalam sebuah metode yang jauh lebih besar.
Apakah Khan mencoba membunuh Naga itu, ataukah dia mencoba membangunkannya? Terlalu ambisi, apakah Khan berpikir dia akan menjadi penunggang Naga itu?
Aku berhenti, bersandar pada sebatang pohon, napasku tersengal-sengal. Rasa darah. Bukan dari lengan. Dari dalam. Naga itu… bernapas di dalamku. Kepalaku pening, bukan hanya karena kekurangan oksigen, tapi karena skala dari ketidaktahuanku. Selama dua tahun aku hidup dalam ilusi bahwa aku adalah korban dari sebuah pengkhianatan pribadi. Sebuah drama kecil antara seorang komandan dan agennya. Kini aku sadar, aku hanyalah kerusakan sampingan dari sebuah tabrakan antara dua gunung es raksasa yang tak terlihat.
Di tengah pendakian yang menyiksa, aku menemukannya. Di jalur yang jarang dilalui, tersembunyi di bawah semak belukar, aku melihat kilatan yang familier. Bukan logam. Plastik. Sebuah bungkus ransum. Kosong. Bungkus berwarna cokelat tanah dengan tulisan dalam aksara Sirilik dan sebuah kode produksi yang kukenali. Ini adalah ransum tempur milik unit Spetsnaz. Varian yang hanya dikeluarkan untuk operasi di ketinggian ekstrem.
Tanganku bergetar saat memungutnya. Ini bukan milik Maher; kami menggunakan ransum buatan Barat. Ini juga bukan milik Helios; mereka akan menggunakan perlengkapan komersial terbaik sebagai penyamaran. Ini adalah pemain keempat. Atau… apakah Helios adalah kedok untuk operasi Rusia? Pertanyaan-pertanyaan itu bercabang, tumbuh seperti kanker di dalam pikiranku. Arena itu ternyata memiliki lebih banyak Gladiator dari yang kubayangkan.